Suara.com - Vaksinolog dr. Dirga Sakti Rambe M.Sc, Sp.PD memastikan Indonesia telah memiliki infrastruktur yang memadai untuk proses distribusi vaksin hingga ke pelosok, termasuk vaksin Covid-19.
“Rumah sakit dan puskesmas di Indonesia sudah siap menerima vaksin Covid-19, terutama transportasinya, mesti terjamin suhunya. Pokoknya jangan khawatir, kita sudah berpengalaman. Kita sudah siap,” ujar Dirga dalam pernyataannya seperti dikutip dalam laman resmi Satgas Covid-19, Sabtu (21/11/2020).
Menurutnya, perlu diketahui juga bahwa vaksin itu adalah produk biologis yang perlu disimpan dengan cara khusus, karena sensitif terhadap suhu. Mayoritas vaksin disimpan pada suhu 2-8 derajat Celcius, kecuali vaksin polio yang penyimpanannya minus 20 derajat Celcius.
Dia juga menyampaikan bahwa Indonesia telah memiliki pengalaman bertahun-tahun dalam memproduksi, mendistribusi, hingga mengimplementasikan vaksin. Sistem rantai dingin yang menjadi salah satu unsur penentu kualitas vaksin juga sudah terbangun dengan baik.
Baca Juga: Sebenarnya Kapan Vaksin Covid-19 Tersedia?
“97 persen sistem rantai dingin ini berjalan dengan baik, jadi tidak perlu khawatir. Mulai dari pabrik sampai yang menerima di puskesmas, misalnya di Aceh atau Papua, itu semua sudah siap,” jelasnya.
Sementara, terkait sumber daya manusia yang akan memberikan vaksinasi nantinya ke masyarakat, Indonesia telah memiliki 23.000 vaksinator yang terlatih. Vaksinator ini sudah dibekali pelatihan khusus oleh Kementerian Kesehatan.
“Saat ini di Indonesia ada sekitar 440.000 dokter umum, dokter spesialis, perawat, dan bidan yang semuanya saya yakin siap bergotong royong menyukseskan persiapan vaksinasi ini. Pada prinsipnya, kita ingin semua terlibat membantu masyarakat,” beber Dirga.
Saat ini masyarakat perlu sedikit bersabar hingga hasil uji klinik fase III selesai dan izin Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) keluar terlebih dahulu, baru vaksin COVID-19 bisa beredar di Indonesia.
Sementara itu, survei nasional yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan bersama Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) didukung UNICEF dan WHO menunjukkan, 64,8% dari 115.000 responden di 34 provinsi bersedia menerima vaksin Covi-19.
Baca Juga: Kabar Baik! Vaksin Oxford Tingkatkan Respons Kekebalan Relawan Usia Rentan
Sebelumnya, pada beberapa hari lalu, Presiden Joko Widodo juga meninjau langsung kesiapan pelaksanaan simulasi vaksinasi di Puskesmas Tanah Sereal, Kota Bogor, Jawa Barat.
Dalam kunjungannya, Presiden menjelaskan bahwa keselamatan dan keamanan masyarakat merupakan prioritas tertinggi dalam pelaksanaan vaksinasi Covid-19. Untuk itu, sejumlah tahapan ilmiah tengah dilakukan pemerintah dan wajib untuk diikuti.
“Kita memperkirakan akan mulai vaksinasi itu di akhir tahun 2020 atau di awal tahun 2021, karena memang proses persiapannya itu tidak hanya menerima vaksin kemudian langsung disuntikkan, tapi juga harus menyiapkan distribusi ke seluruh Tanah Air,” tegas dia.
Kemudian, Puskesmas Cikarang menjadi lokasi kedua pelaksanaan simulasi vaksinasi Covid-19 yang dipantau oleh Wakil Presiden Maruf Amin. Menurutnya, jadi memang ada beberapa persiapan yang harus disiapkan, supaya nanti vaksinasinya itu berjalan dengan baik.
Tak hanya itu, Wapres mengungkapkan bahwa aspek keamanan dan kehalalan juga harus menjadi landasan kuat dalam pelaksanaan vaksinasi. Dengan begitu, sertifikasi atau fatwa dari MUI akan keluar sebelum vaksin diedarkan
Untuk mendukung vaksinasi, Kemenkes juga telah melakukan distribusi logistik yang dibutuhkan seperti ADS, safety box, dan alcohol swab. Tak hanya itu, mereka turut terus melakukan sosialisasi ke seluruh provinsi sekaligus pelatihan vaksinator.
Nantinya, dalam tahapan pemberian vaksinasi, peserta akan diskrining terlebih dahulu untuk mengetahui apakah yang bersangkutan memiliki penyakit komorbid atau tidak. Tahap disebut sebagai anamnase.
Jika peserta vaksinasi terindikasi memiliki penyakit penyerta (komorbid), maka akan diarahkan ke ruang pemeriksaan umum, lalu diberikan surat rujukan untuk selanjutnya dirujuk ke rumah sakit.
Sementara bagi peserta yang sehat, dapat menerima vaksinasi tahap pertama. Usai penyuntikan vaksin, peserta tidak langsung pulang, melainkan dilakukan observasi selama 30 menit guna melihat apakah ada efek samping yang ditimbulkan atau tidak.
Sembari menunggu, para petugas Puskesmas akan memberikan sosialisasi mengenai protokol kesehatan serta penerapan pola hidup bersih dan sehat di seluruh tatanan kehidupan selama masa pandemi.