Suara.com - Virus SARS-CoV-2 diketahui merusak tubuh dengan berbagai cara. Dari sistem pernapasan, kekebalan, jantung hingga otak, orang mengalami sejumlah gejala yang berkaitan dengan infeksi.
Selain itu, jenis dan jumlah gejala yang mungkin Anda alami juga dapat menentukan risiko tingkat keparahan infeksi dan risiko pasca Covid-19.
Meski demam, batuk, dan sesak napas mungkin merupakan tiga gejala penyakit yang paling menetap dan mendalam bagi orang yang bergejala, perubahan paling sederhana dalam kadar gula darah, kelelahan, masalah pencernaan, dan kelemahan dapat menjadi indikator awal infeksi aktif Covid-19.
Nah, menurut sebuah studi baru yang diterbitkan dalam American Journal of Emergency Medicine, virus mungkin mulai memengaruhi organ vital Anda dengan segera dan menimbulkan tanda-tanda kekhawatiran. Demikian seperti dilansir dari Times of India.
Baca Juga: Melonjak! Pasien Corona di RSD Wisma Atlet Naik Jadi 3.037 Orang
Untuk hal yang sama, para peneliti dari New York membandingkan dan menganalisis 12.000 orang yang mengunjungi ruang gawat darurat selama puncak Covid-19.
Peneliti mengamati bahwa hampir 57,5 persen orang yang mengeluh lemas, mengalami jatuh, atau penurunan mental ditemukan Covid-19.
Diagnosis serupa diamati pada orang yang berada di ruang gawat darurat dengan keluhan kadar gula darah yang tidak terkontrol, masalah gastrointestinal.
Perlu dicatat bahwa tidak ada pasien yang dianalisis sebagai bagian dari penelitian yang memiliki gejala Covid-19 khas saat masuk.
Evaluasi lebih lanjut dari studi tersebut juga membuat catatan yang lebih menarik dan mengkhawatirkan. Dari mereka yang ditemukan Covid-19, pasien yang berusia di atas 65 tahun lebih berisiko mengalami gejala atipikal ini, seperti kelelahan, kelemahan, dan masalah gastrointestinal seperti diare.
Baca Juga: Peneliti yang Sebut Covid-19 Berasal dari Italia Bantah Klaim China
Pasien dengan gejala atipikal seperti penurunan kondisi mental, mereka yang memiliki masalah kognisi, dan kadar gula darah yang lebih tinggi dari biasanya menghadapi risiko keparahan dan kematian Covid-19 yang lebih tinggi.
Orang dengan kadar gula darah tinggi atau tidak terkelola memiliki aliran darah yang lebih rendah dari normal. Hal ini g menyulitkan tubuh untuk memanfaatkan nutrisi, pertahanan alami yang dimaksudkan untuk melindungi tubuh dari beberapa infeksi dan mempercepat penyembuhan.
Risiko infeksi otomatis meningkat. Ini juga dapat menyebabkan komplikasi lain seperti kelelahan, kelemahan, kelesuan dan pingsan.
Oleh karena itu, setiap perbedaan yang tidak biasa dalam kadar gula darah perlu segera diperhatikan.
Dalam kasus COVID-19, kadar glukosa darah yang tidak terkontrol juga dapat meningkatkan keparahan infeksi.
Para dokter juga menyoroti bahwa selain tindakan pencegahan umum, pasien diabetes juga harus lebih berhati-hati dalam menjaga kebersihan kulit, menjaga jarak untuk meminimalkan risiko infeksi dan mengelola kesehatan dengan lebih baik.