Januari 2021 Pembelajaran Tatap Muka di Sekolah Diperbolehkan, Tetapi...

Risna Halidi Suara.Com
Jum'at, 20 November 2020 | 14:48 WIB
Januari 2021 Pembelajaran Tatap Muka di Sekolah Diperbolehkan, Tetapi...
Ilustrasi sekolah di tengah pandemi. (Pixabay/Alexandra Kochi)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nadiem Makarim telah mempertimbangkan untuk membolehkan sekolah kembali melakukan pembelajaran tatap muka.

Hal tersebut ia utarakan lewat siaran langsung Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Tahun Ajaran 2020/2021 dan Tahun Akademik 2020/2021 di Masa Pandemi Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) di kanal resmi YouTube Kemendikbud RI, Jumat (20/11/2020).

"Pembelajaran tatap muka diperbolehkan tapi tidak diwajibkan," kata Menteri Nadiem disela-sela paparannya.

Kata Menteri Nadiem, metode Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yang telah diterapkan kurang lebih selama delapan bulan akibat pandemi Covid-19 telah berjalan baik tapi bukan metode yang optimal.

Baca Juga: Belajar Online Makan Korban, Gadis SMA Tewas karena Stres Banyak Tugas

Ia melanjutkan, PJJ juga memiliki tiga dampak negatif bagi anak. Tiga dampat negatif tersebut adalah:

1. Ancaman putus sekolah
Menteri Nadiem menyinggung tinginya risiko putus sekolah karena anak terpaksa bekerja membantu keuangan keluarga di tengah krisis pandemi Covid-19. "Banyak sekali anak-anak bekerja atau didorong orangtua untuk bekerja yang berhubungan dengan situasi ekonomi tidak memadai," kata lelaki yang akrab disapa Mas Menteri tersebut.

Selain itu, Menteri Nadiem juga mengatakan adanya persepsi orangtua yang tidak melihat peranan sekolah dalam proses PJJ. "Orangtua tidak bisa melihat peranan sekolah daring, Ini menimbulkan banyak orangtua skeptis dengan PJJ," tambahnya.

2. Kendala Tumbuh Kembang
Dikatakan, perbedaan akses dan kualitas selama PJJ dapat mengakibatkan kesenjangan capaian belajar, terutama untuk anak dari sosio-ekonomi berbeda.

"Di daerah yang sulit PJJ, kesenjangan pencapaian pembelajaran semakin melebar dan tentunya (kesenjangan) pertumbuhan anak-anak kita menjadi semakin besar."

Baca Juga: Tragis! Siswi Meninggal di RS Jiwa Grogol Diduga Depresi Sekolah Online

Menteri Nadiem juga menyinggung risiko adanya learning loss hingga membuat satu generasi Indonesia, harus belajar dan mengejar ketertinggalan (baik kemampuan kognitif maupun perkembangan karakter) akibat kesenjangan capaian belajar.

3. Tekanan Psikososial
Minimnya interaksi dengan guru, teman dan lingkungan luar rumah ditambah tingginya tekanan akibat sulitnya PJJ dapat menyebabkan stres pada anak. "Ada juga peningkatan insiden kekerasan di rumah yang meningkat dan itu menjadi salah satu pertimbangan kita."

Untuk itu, ia bersama tiga menteri lain yaitu Menteri Agama, Menteri Kesehatan, dan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia mengeluarkan Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran pada Tahun Ajaran 2020/2021 dan Tahun Akademik 2020/2021 di Masa Pandemi Covid-19.

Secara garis besar, sekolah sudah bisa melakukan pembelajaran tatap muka mulai tahun ajaran 2020/2021 dan Tahun Akademik 2020/2021 atau pada Januari 2021 mendatang.

"Kalau (sekolah) siap melakukan tatap muka, (sekolah) harus segera mempersiapkan dari sekarang sampai akhir tahun," tambah Menteri Nadiem.

"Kalaupun sekolah dibuka, orangtua masih bisa tidak memperkenankan anaknya datang sekolah untuk tatap muka," tambahnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI