Suara.com - Masa kecil Anda tentu pernah mendengar mitos mengonsumsi parutan kelapa akan menyebabkan kremian atau infeksi cacing kremi.
Cacing kremi merupakan cacing berwarna putih, kecil, dan tipis, yang biasanya menyebabkan anus gatal.
Sebenarnya, ini hanya sebuah mitos kesehatan yang tidak memunyai kejelasan sumber valid.
Melansir laman Turn Back Hoax Indonesia, infeksi cacing kremi dapat terjadi apabila kelapa parut yang dimakan terkontaminasi telur cacing kremi.
Baca Juga: Tahun 2020, Ekspor Komoditas Kelapa Sumsel Naik 21,04 Persen
"Penularan cacing kremi bisa melalui sentuhan langsung dengan kulit atau benda atau makanan yang terkontaminasi cacing kremi," jelas dr. Marlyn Cecilia Malonda, dokter anak di Mayapada Hospital Tangerang.
Sebaliknya, parutan kelapa justru memiliki kandungan nutrisi yang baik. Apalagi parutan kelapa dari daging buah yang sudah tua.
Berdasarkan Medical News Today, infeksi cacing kremi juga dapat terjadi ketika cacing kremi betina bertelur di lipatan sekitar anus. Inilah penyebab rasa gatal hebat, terlebih di malam hari.
Meski dapat terjadi pada siapa saja, umumnya cacing ini menginfeksi anak-anak atau kelompok yang tinggal berdekatan, misalnya keluarga.
Ketika orang yang terinfeksi menggaruk area anus, telur bisa mengenai jari dan bertahan di bawah kuku. Ini dapat mencemari barang-barang seperti tempat tidur dan pakaian.
Baca Juga: Konsumsi saat Perut Kosong, Ini Manfaat Minum Air Kelapa di Pagi Hari
Orang yang tinggal serumah dengan orang yang terinfeksi memiliki risiko bersentuhan dengan telur dan pada akhirnya akan terkena juga.
Infeksi cacing kremi dapat terjadi tanpa gejala sama sekali. Oleh karena itu semua anggota rumah tangga harus mendapat pengobatan.
Meski begitu, infeksi cacing ini biasanya tidak menyebabkan komplikasi parah. Namun, dapat menganggu tidur dan menurunkan kualitas hidup orang yang terinfeksi.