Mengenal Virus Chapare yang Muncul Tahun 2004 & 2019, Bisakah Jadi Pandemi?

Selasa, 17 November 2020 | 12:00 WIB
Mengenal Virus Chapare yang Muncul Tahun 2004 & 2019, Bisakah Jadi Pandemi?
Ilustrasi ilmuwan sedang melakukan penelitian. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pada tahun 2004, wabah kecil yang mematikan terjadi di Bolivia. Virus misterius tersebut kemudian disebut dengan virus Chapare.

Melansir dari Insider, virus Chapare sediri saat pertama kali ditemukan menyebabkan demam berdarah yang mirip dengan Ebola. Tak lagi muncul setelah tahun 2004, virus kembali menyerang pada 2019.

Lima kasus dikonfirmasi berada dekat La Paz, ibu kota Bolivia. Tiga dari kasus tersebut adalah petugas layanan kesehatan yang mungkin tertular virus dari pasien mereka.

"Mereka yang terinfeksi virus Chapare memiliki gejala demam, sakit kepala, nyeri tubuh, mual, dan pendarahan dari gusi," kata ahli virologi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS Maria Morales-Betoulle kepada Insider.

Baca Juga: Boris Johnson Dikarantina Lagi, Bagaimana dengan Brexit?

"Di Amerika Selatan pada umumnya, ketika orang melihat kasus dengan gejala tersebut, mereka langsung berpikir tentang demam berdarah dan belum tentu memikirkan virus seperti Chapare," kata Morales-Betoulle.

Ketika tim di Bolivia menyadari penyakit itu bukan disebabkan oleh demam berdarah, mereka mengirim sampel pasien ke laboratorium Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) di Amerika Serikat dengan kemampuan pengurutan genom tingkat lanjut. Di sanalah para peneliti mengidentifikasikan virus Chapare.

Tak seperti virus corona Covid-19, virus Chapare jauh lebih sulit untuk menginfeksi manusia. Sementara virus corona mudah ditularkan melalui jalur pernapasan, Chapare menyebar melalui kontak langsung dengan cairan tubuh saat seseorang sedang sakit parah.

Orang-orang yang berisiko tertular virus Chapare adalah mereka yang melakukan kontak dekat dengan orang sakit, seperti petugas kesehatan dan anggota keluarga yang merawat orang-orang di rumah.

Ilustrasi peelitian

"Selain itu, virus Chapare cukup spesifik secara geografis," kata ketua program ilmiah ASTMH dan presiden terpilih Daniel Bausch.

Baca Juga: Asrama Haji Jadi Tempat Karantina Pasien Corona, Imam Masjid Agung Was-was

Laporan tersebut memberikan beberapa bukti bahwa tikus beras pigmy bertelinga kecil mungkin jadi pembawa virus dan tikus tersebut hanya ditemukan di beberapa negara bagian Amerika Selatan.

"Ini bukan jenis virus yang perlu kami khawatirkan akan memulai pandemi berikutnya atau menciptakan wabah besar," kata Bausch kepada Insider.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI