Guru Besar FK Unpad Yakinkan Masyarakat Soal Aspek Keamanan Vaksin Covid-19

Senin, 16 November 2020 | 15:36 WIB
Guru Besar FK Unpad Yakinkan Masyarakat Soal Aspek Keamanan Vaksin Covid-19
Ilustrasi vaksin Covid-19. [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Dr.dr Cissy Rachiana Sudjana Prawira Kartasasmita, Sp.A (K), M.Sc, mengatakan bahwa aspek keamanan vaksin Covid-19 yang akan diterima pemerintah Indonesia terbilang sudah melalui prosedur uji klinik secara ketat.

“Masyarakat harus pandai memilih dalam menerima informasi, khususnya dengan rencana vaksinasi Covid-19 di Indonesia,” ujar Rachiana dalam pernyataannya secara virtual pada forum dialog dengan tema ‘Keamanan Vaksin dan Menjawab Mitos dengan Fakta, Senin (16/11/2020).

Lebih lanjut, menurutnya, masyarakat juga perlu mengetahui lebih dulu soal perbedaan dasar antara vaksin, vaksinasi, dengan imunisasi. Kata dia, pertama soal vaksin ini adalah sediaan yang mengandung antigen berupa virus atau bakteri yang memiliki banyak manfaatnya di tubuh. Kemudian, vaksinasi ini merupakan tindakan untuk memasukan vaksin ke dalam tubuh. Sementara, imunisasi yakni proses yang terjadi pada seseorang dengan menjadi sebuah imun setelah dilakukan vaksinasi.

“Jadi kenapa kita perlu dilakukan vaskin, karena vaksin ini dapat mencegah berbagai penyakit infeksi yang dikenal PD3I. Bila sebagian besar populasi divaksinasi terhadap suatu penyakit, tentu ini dapat mencegah penyebaran kuman, virus atau bakteri,” jelasnya.

Baca Juga: Jangan Salah Kaprah, Vaksin Covid-19 Tak Sepenuhnya Lindungi Indonesia

Sejatinya, pembuatan vaksin membutuhkan waktu yang mencapai 2-5 tahun. Sedangkan, pengembangan vaksin ini akan melalui berbagai tahap seperti uji pra klinis yang dilakukan sebelum diuji ke manusia, dengan diuji ke binatang

“Uji klinis vaksin ini juga memiliki beberapa tahap, yakni fase pertama menguji keamanan dan dosisnya terhadap 20 relawan, fase kedua menguji keamanan imunogenisitas pada kelompok besar mencapai 1.000 orang lebih,” bebernya.

Sedangkan fase ketiga adalah menguji keamanan pada jumlah relawan yang lebih besar, multicenter, dan multietnik. Lalu, fase keempat setelah vaksin dipakai secara luas mencapai puluhan ribu, akan berlanjut melalui izin BPOM untuk dipakai dan terus dievaluasi oleh MUI.

“Terakhir ini biasa disebut KIPI, merupakan kejadian pasca imunisasi. Jadi jika nantinya timbul ringan, atau sedang bahkan berat, maka diharapkan bisa segera laporkan ke puskesmas terdekat atau dinas kesehatan,” terangnya.

Selain itu, dia juga menjawab kenapa pengadaan vaksin Covid-19 ini terbilang cepat ketimbang vaksin lainnya. Hal ini bisa terjadi karena kemajuan teknologi yang sudah semakin canggih, dengan demikian ini akan sangat berbeda dari pembuatan vaksin sebelumnya.

Baca Juga: Ilmuwan Inggris Uji Vaksin TBC Untuk Pasien Covid-19, Indonesia Bagaimana?

“Meski begitu memang sampai saat ini belum ada yang mendapatkan rekomendasi dari WHO terkait vaksin Covid-19 ini, karena masih dalam tahap fase 3, tapi memang sebagian sudah mendapatkan rekomendasi yang disebut emergency use authorization dari masing-masing regulatornya untuk digunakan oleh masing-masing negara tersebut,” tutur dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI