Belajar dari Anak Raditya Dika, Kenali 6 Penyebab Kadar Bilirubin Tinggi

Senin, 16 November 2020 | 13:31 WIB
Belajar dari Anak Raditya Dika, Kenali 6 Penyebab Kadar Bilirubin Tinggi
Ilustrasi bayi baru lahir. (Pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kadar bilirubin yang tinggi seperti anak kedua Raditya Dika dan Anissa Aziza bisa terjadi pada bayi manapun. Kondisi ini biasanya membuat bayi baru lahir terlihat lebih kuning daripada bayi dalam kondisi normal.

Bilirubin adalah zat kekuningan dalam darah yang terbentuk setelah sel darah merah rusak dan mengalir melalui hati, kantong empedu hingga saluran pencernaan sebelum diekskresikan.

Kadar bilirubin yang tinggi disebut hiperbilirubinemia, yang biasanya merupakan tanda dari kondisi mendasar. Banyak bayi baru lahir memiliki kadar bilirubin tinggi yang menyebabkan penyakit kuning.

Kondisi itu bisa terjadi karena bayi baru lahir seringkali belum mampu memproses bilirubin sepenuhnya. Tapi, kondisi ini biasanya hilang sendirinya dalam beberapa minggu.

Dilansir dari Healthline, kadar bilirubin yang tinggi bisa menjadi tanda dari beberapa kondisi. Berikut ini kondisi yang bisa menyebabkan bilirubin tinggi.

Tangkapan layar raditya dika mengaku kecapekan diskusi pilpres AS dengan anaknya. (Instagram/@raditya_dika)
Tangkapan layar raditya dika mengaku kecapekan diskusi pilpres AS dengan anaknya. (Instagram/@raditya_dika)

1. Batu empedu

Batu empedu terjadi ketika zat seperti kolesterol atau bilirubin mengeras di kantong empedu Anda. Kantong empedu bertanggung jawab untuk membuat empedu, cairan pencernaan yang membantu memecah lemak sebelum masuk ke usus.

Batu empedu dapat terbentuk jika tubuh Anda memproduksi terlalu banyak bilirubin karena kondisi hati menghasilkan terlalu banyak kolesterol.

2. Sindrom Gilbert

Baca Juga: Jennifer Jill Blak-blakan Ngaku Hiperseks, Apa Sih Sebabnya?

Sindrom gilbert adalah kondisi genetik yang menyebabkan hati tidak memproses bilirubin dengan baik. Kondisi ini menyebabkan penumpukan aliran darah. Selain itu, kondisi ini juga sering tidak menimbulkan gejala, tapi seseorang bisa mengalami mual, muntah, diare, ketidaknyamanan perut, dan penyakit kuning.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI