Studi: Paparan Hoaks Bikin Warga Ogah Dapatkan Vaksin Covid-19

Minggu, 15 November 2020 | 12:19 WIB
Studi: Paparan Hoaks Bikin Warga Ogah Dapatkan Vaksin Covid-19
Ilustrasi vaksin Covid-19. [Pearson0612/Pixabay]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Teori konspirasi dan akses informasi yang salah memicu ketidakpercayaan masyarakat pada vaksin Covid-19. Dampaknya, orang yang terpapar hoaks atau berita bohong dapat mendorong ketidakinginan untuk disuntik vaksin.

Penelitian diambil di Amerika Serikat dan Inggris terhadap 8.000 orang. Hasilnya ditemukan sedikit orang yang pasti akan menggunakan vaksin Covid-19.

Padahal agar terciptanya kekebalan kelompok, vaksin harus diberikan kepada minimal 55 persen dari populasi.

"Vaksin hanya bekerja jika orang memakainya. Misinformasi menyebabkan kecemasan dan ketidakpastian seputar vaksin baru, serta platform baru yang digunakan untuk mengembangkannya," kata Heidi Larson, profesor di London School of Hygiene and Tropical Medicine dikutip dari Channel News Asia.

Baca Juga: Efektif Lawan Virus Corona, Vaksin Covid-19 Buatan Denmark Siap Diuji?

"Ini mengancam tingkat penerimaan vaksin Covid-19," tambahnya.

Dalam studi, 3.000 responden di setiap negara yang terpapar virus corona antara Juni dan Agustus diberi informasi salah di media sosial tentang vaksin Covid-19.

Sementara 1.000 orang sisanya di setiap negara, yang bertindak sebagai kelompok kontrol, mendapatkan informasi faktual tentang vaksin Covid-19.

Sebelum mendapatkan informasi yang salah, 54 persen responden di Inggris mengatakan mereka pasti akan menerima vaksin, seperti halnya 41,2 persen di Amerika Serikat.

Tetapi setelah diperlihatkan informasi yang salah secara online, angka itu turun 6,4 persen di Inggris, dan 2,4 persen di Amerika Serikat.

Baca Juga: Vaksin COVID-19 Buatan Rusia Disetujui WHO? Simak Faktanya Berikut Ini

Di kedua negara itu, orang-orang tanpa gelar sarjana, yang berada dalam kelompok berpenghasilan rendah dan non-kulit putih lebih cenderung menolak vaksin.

Perempuan juga lebih mungkin menolak vaksin Covid-19 daripada laki-laki. Meski begitu, lebih banyak responden di kedua negara mengatakan mereka akan menerima vaksin jika itu berarti melindungi keluarga, teman, atau kelompok berisiko.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI