Ilmuwan Inggris Uji Vaksin TBC Untuk Pasien Covid-19, Indonesia Bagaimana?

Sabtu, 14 November 2020 | 07:15 WIB
Ilmuwan Inggris Uji Vaksin TBC Untuk Pasien Covid-19, Indonesia Bagaimana?
Ilustrasi vaksin BCG. (Dok. Suara.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Para ilmuwan di Inggris menguji vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG), yang digunakan mencegah penyakit tuberkulosis (TBC), untuk pengobatan pasien dari penyakit Covid-19.

Studi fokus pada petugas kesehatan dan perawatan. Karena mereka lebih mungkin terpapar virus corona, sehingga peneliti akan tahu lebih cepat apakah vaksin itu efektif.

Bagaimana dengan di Indonesia? Rupanya ilmuwan Indonesia nyatanya belum tertarik untuk melakukan hal serupa.

"Penelitian ini belum selesai, jadi saya belum tertarik untuk meneliti. Banyak yang harus diteliti di sini. Jadi saya belum bisa mengatakan bahwa BCG bisa mencegah covid," kata Guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran prof. Dr. Kusnandi Rusmil Sp. A (K)., dalam webinar bersama suara.com, Jumat (13/11/2020).

Baca Juga: Efektif Lawan Virus Corona, Vaksin Covid-19 Buatan Denmark Siap Diuji?

Di Indonesia, vaksin BCG telah diberikan kepada bayi sejak usia 2 bulan. Terlepas apakah bisa atau tidak mencegah Covid-19, Kusnandi menegaskan bahwa anak-anak tetap harus mendapatkan imunisasi sesuai jadwal.

"Walaupun sedang musim covid begini, DPT, polio, influensa, kemudian campak, dan rubella itu semua harus diimunisasi sesuai jadwalnya. Supaya gak kena penyakit itu. Jadi vaksinasi harus tetap berjalan sebagaimana mestinya," kata ketua riset uji klinis vaksin Covid-19 Unpad tersebut.

Sementara itu, dokter spesialis penyakit dalam dr. Dirga Sakti Rambe M. Sc. Pd., mengatakan, salah satu sifat vaksin sebenarnya spesifik untuk mencegah satu penyakit.

Tetapi vaksin BCG memang memiliki keunikan sendiri karena sering digunakan untuk pengobatan penyakit lain.

"Proteksi vaksin sifatnya spesfik memang. BCG agak spesial karena sejak lama diketahui BCG punya kemampuan untuk mengetahui secara non spesifik," kata Dirga dalam webinar bersama suara.com, Jumat (13/11/2020).

Ia menambahkan, bahkan vaksin BCG juga pernah diberikan kepada pasien dengan leukimia. Tujuannya, untuk merangsang sistem imun pasien.

Baca Juga: Vaksin COVID-19 Buatan Rusia Disetujui WHO? Simak Faktanya Berikut Ini

"Saat ini pun BCG masih dapat dipertimbaangkan untuk pasien kanker kantung kemih," tambahnya.

Ketika awal pandemi, kisatan Maret-Mei, Dirga menyampaikan bahwa ada studi ekologi yang meneliti bahwa pasien Covid-19 yang mendapat vaksin BCG mengalami kondisi lebih ringan. Namun setelah itu kembali dilakukan pelitian ulang.

"Tapi kemudian ada penelitian lanjutan, kita sebutnya penelitian randomized controlled trial, jadi ada plasebonya. Sampai sekarang tidak terbukti. Jadi tidak ada anjuran khusus pemberian khusus BCG untuk mencegah covid," ujarnya.

Dikutip dari BBC, vaksin BCG sebenarnya telah dikembangkan sejak 1921.

Awalnya vaksin diteliti untuk menghentikan TBC, tetapi ada beberapa bukti ternyata dapat melindungi dari infeksi lain.

Sekitar 1.000 orang akan ambil bagian dalam uji coba di University of Exeter. Sementara, jutaan orang di Inggris yang telah mendapat suntikan BCG saat masih anak-anak, dilaporkan perlu divaksinasi lagi.

Vaksin itu dirancang untuk melatih sistem kekebalan dengan cara yang sangat tepat sasaran sehingga memberikan perlindungan yang tahan lama terhadap satu infeksi tertentu.

Tetapi proses ini juga menyebabkan perubahan yang meluas pada sistem kekebalan. Ini tampaknya meningkatkan respons terhadap infeksi lain dan para ilmuwan berharap itu dapat memberi sinyal positif dalam melawan virus corona.

Uji klinis sebelumnya telah menunjukkan BCG mengurangi kematian hingga 38 persen pada bayi baru lahir di Guinea-Bissau, sebagian besar dengan mengurangi kasus pneumonia dan sepsis.

Studi di Afrika Selatan mengaitkan vaksin dengan pengurangan 73 persen infeksi di hidung, tenggorokan dan paru-paru. Percobaan di Belanda menunjukkan BCG mengurangi jumlah virus demam kuning di dalam tubuh.

"Ini bisa jadi sangat penting secara global," kata Prof John Campbelldari Fakultas Kedokteran Universitas Exeter, kepada BBC.

Uji coba Inggris adalah bagian dari studi Brace internasional yang juga berlangsung di Australia, Belanda, Spanyol, dan Brasil, dengan total koresponden dari seluruh negara mencapai 10.000 orang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI