Studi Buktikan Multivitamin Tak Bermanfaat, Kecuali untuk Kelompok Tertentu

Kamis, 12 November 2020 | 18:02 WIB
Studi Buktikan Multivitamin Tak Bermanfaat, Kecuali untuk Kelompok Tertentu
Ilustrasi multivitamin (Pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Banyak orang yang beralih mengonsumsi multivitamin untuk menjaga kesehatannya, dan memang orang-orang tersebut mengaku dirinya merasa lebih sehat.

Namun, peneliti justru mengatakan tidak ada bukti bahwa multivitamin benar-benar meningkatkan kesehatan.

Menurut peneliti, dilansir Insider, hal itu menunjukkan multivitamin mungkin memiliki efek plasebo karena dianggap dapat meningkatkan kesehatan.

Hal ini diketahui setelah peneliti dari beberapa sekolah kedokteran, termasuk Harvard dan Yale melihat data dari 21.603 ribu orang dewasa Amerika dari survei nasional pada 2012.

Baca Juga: Lawan Gejala Covid-19 Panjang, Ahli Sarankan Konsumsi Suplemen Ini!

Mereka menentukan berapa banyak yang mengonsumsi multivitamin, dan apakah ada manfaat kesehatan yang terukur dari mengonsumsinya.

Ilustrasi suplemen minyak ikan. (Shutterstock)
Ilustrasi suplemen multivitamin(Shutterstock)

Mereka menemukan 4.933 peserta yang mengonsumsi multivitamin secara teratur 30% lebih mungkin menilai diri mereka memiliki peningkatan kesehatan dibandingkan peserta yang tidak mengonsumsinya.

Kedua kelompok ini memiliki tingkat penyakit dan penyakit kronis yang serupa.

Tetapi peneliti menilai tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara kedua kelompok, meski peneliti sudah menyesuaikan variabel seperti usia, pendapatan, dan pendidikan.

Di sisi lain, penelitian ekstensif juga menunjukkan bahwa vitamin bukanlah obat mujarab untuk kesehatan. Kebanyakan kasus, suplemen vitamin ini hanya memiliki sedikit atau tidak ada manfaat bagi kesehatan secara umum atau risiko penyakit.

Baca Juga: Kandungan Suplemen yang Baik untuk Menjaga Imunitas

Pengecualian untuk orang yang mungkin mengalami kekurangan nutrisi, seperti wanita hamil atau orang yang melakukan diet ketat.

Penelitian tersebut diterbitkan dalam BMJ Open bulan ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI