Konsumsi Makanan Pedas Kurangi Risiko Kematian Dini 25 Persen, Benarkah?

Selasa, 10 November 2020 | 14:22 WIB
Konsumsi Makanan Pedas Kurangi Risiko Kematian Dini 25 Persen, Benarkah?
Ilustrasi makanan pedas. (Pixabay/ahncamera)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Masa isolasi mandiri atau penguncian selama masa pandemi virus corona Covid-19 justru bisa meningkatkan kebiasaan mengonsumsi makanan pedas.

Sebuah studi oleh para ilmuwan Amerika Serikat menemukan bahwa banyak konsumsi makanan pedas bisa mengurangi risiko kematian dini hingga seperempatnya.

Secara khusus, konsumsi makanan pedas masing-masing 26 dan 23 persen lebih kecil kemungkinannya untuk meninggal akibat penyakit kardiovaskular (CVD) atau kanker. Victoria Taylor, kepala nutrisi di British Heart Foundation menyambut baik temuan dari tim Ohio.

"Banyak dari kita yang memasak makanan pedas lebih banyak dari biasanya serta bereksperimen dengan bumbu dan rempah-rempah bisa menjadi cara bagus untuk menghidupkan suatu masakan rumah sekaligus menambah variasi dengan cara sehat dan bergizi," kata Victoria Taylor dikutip dari Mirror UK.

Baca Juga: Ingin Membesarkan Payudara seperti Nikita Mirzani? Begini Prosedurnya!

Cabai segar dan kering, lada hitam atau jus lemon adalah pilihan yang lebih sehat untuk menambah rasa pada makanan Anda dan membantu mengurangi konsumsi garam.

Ilustrasi makanan pedas, kari. (Unsplash/Eiliv-Sonas Aceron)
Ilustrasi makanan pedas (Unsplash/Eiliv-Sonas Aceron)

Tapi, Anda harus berhati-hati konsumsi saus cabai yang sudah jadi dan campuran rempah-rempah. Karena, seringkali produk cabai tersebut mengandung tinggi garam.

Anda bisa membaca informasi nutrisi pada kemasan untuk membantu menemukan pilihan produk yang rendah garam. Karena, terlalu banyak garam berkaitan dengan tekanan darah tinggi sebagai faktor risiko penyakit jantung dan peredaran darah.

Penulis senior Dr Bo Xu, seorang ahli jantung di Cleveland Clinic's Heart, Vascular & Thoracic Institute, pun telah mempresentasikan penelitian ini ke pertemuan virtual American Heart Association (AHA).

Penelitian itu berdasarkan catatan kesehatan dan pola makan lebih dari 570 ribu orang di seluruh dunia yang terbesar dari jenisnya.

Baca Juga: Nikita Mirzani Akui Pernah Operasi Pembesaran Payudara, Adakah Risikonya?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI