Suara.com - Vaksin Covid-19 yang dikembangkan bersama oleh perusahaan farmasi AstraZeneca dan Universitas Oxford dipandang sebagai salah satu kandidat paling menjanjikan yang saat ini sedang diuji pada manusia.
Dijuluki sebagai 'covishield', vaksin AstraZeneca sedang dalam tahap terakhir uji klinis dan hasilnya diharapkan akan dipublikasikan bulan depan.
Sementara itu, Australia sudah mulai memproduksi sekitar 30 juta dosis yang akan dibagikan secara lokal.
Dilansir dari The Health Site, perusahaan bioteknologi Australia CSL telah menandatangani kesepakatan dengan AstraZeneca untuk memulai produksi pre-emptive dari vaksin tersebut, untuk dirilis pada awal 2021 jika tes yang tersisa terbukti berhasil.
Baca Juga: Mengabdi di Masa Pandemi, Mahasiswa UINWS Jadi Pengajar TPQ Habibul Qur'an
"Kami melakukan aktivitas manufaktur ini berisiko dan sejalan dengan uji klinis dan proses persetujuan sebagai pengakuan atas urgensi pandemi Covid-19," kata Andrew Nash, Chief Scientific Officer CSL.
Menunggu persetujuan Otoritas Pengatur Australia
Saat produksi telah dimulai, vaksin tidak akan dirilis untuk digunakan dalam waktu dekat. Otoritas pengaturan pemerintah Australia, Therapeutic Goods Administration (TGA), akan meninjau proses pengembangan sebelum menyetujui untuk digunakan secara umum.
Jika tersedia, setiap orang mungkin memerlukan rezim dua dosis. Artinya, 30 juta dosis yang direncanakan akan digunakan untuk memvaksinasi 15 juta orang.
Produksi vaksin sedang dilakukan di fasilitas bioreaktor CSL di Negara Bagian Victoria.
Baca Juga: Masih Pandemi Covid-19, Pertimbangkan Dulu 4 Hal Ini sebelum Keluar Rumah
Selain vaksin AstraZeneca, CSL juga telah memproduksi beberapa dosis kandidat vaksin Covid-19 lain yang dikembangkan oleh University of Queensland (UQ) Australia.