Suara.com - Mantengin layar laptop atau layar ponsel pintar Anda memang telah diketahui akan berdampak negatif pada kesehatan.
Melansir dari Bustle ada beberapa efek negatif kebanyakan mantengin layar, antara lain:
1. Restrukturisasi Otak
Menghabiskan banyak waktu di depan layar dapat mengatur ulang materi yang menyusun otak. Satu studi yang diterbitkan dalam Addictive Behaviors pada tahun 2020 menemukan bahwa orang yang telah didiagnosis dengan kecanduan smartphone memiliki jumlah materi abu-abu yang lebih rendah di berbagai bagian otak mereka.
Baca Juga: Tingkatkan Kesehatan Mental, Simak 3 Olahraga Terbaik Redakan Depresi
Kondisi tersebut masalah komunikasi dan kinerja kognitif yang lebih buruk secara umum.
2. Ketegangan Mata
Cahaya biru dari layar tidak hanya membuat tetap terjaga tapi itu juga dapat merusak retina dan memicu ketegangan mata.
"Anda tidak berkedip sesering saat melihat layar, ini akan menyebabkan kelelahan dan gejala mata kering." kata Dr. Benjamin Bert M.D., dokter mata di Memorialcare Orange Coast Medical Center, sebelumnya kepada Bustle.
Dia merekomendasikan untuk istirahat setiap 10 hingga 15 menit dengan melihat objek jarak jauh, keluar jendela atau ke seberang ruangan. Kemudian menutup mata sepenuhnya selama satu atau dua detik.
Baca Juga: Menjaga Kesehatan Mental Pelajar Selama Pembelajaran Jarak Jauh
3. Memengaruhi Cara Memproses Emosi
Sebuah studi yang diterbitkan pada tahun 2019 di The British Journal of Developmental Psychology menemukan bahwa semakin banyak waktu bermain ponsel pada anak-anak, semakin sedikit pemahaman emosional yang mereka tunjukkan. Tapi, kondisi ini mungkin juga berdampak pada orang dewasa.
4. Meningkatkan Kematian
Sebuah studi tahun 2012 yang diterbitkan dalam The British Journal of Sports Medicine menunjukkan bahwa menghabiskan banyak waktu di depan layar menurunkan kesehatan kardiovaskular dan meningkatkan risiko kematian.
5. Tingkatkan Risiko Depresi
Semakin lama Anda duduk memandangi komputer, semakin besar risiko Anda mengalami depresi. Hal ini dinyatakan pada penelitian yang terbit tahun 2019 di BMC Public Health.