Suara.com - Bethany Nesbitt, seorang mahasiswi psikologi berusia 20 tahun di Grace College di Winona Lake, Indiana, ditemukan tewas di kamar asramanya pada 30 Oktober, 10 hari setelah mengembangkan gejala Covid-19.
Menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh keluarganya, Nesbitt menderita emboli paru, penyumbatan di salah satu arteri paru-paru, yang disebabkan oleh pembekuan darah.
Pembekuan darah merupakan komplikasi umum dan mematikan dari Covid-19.
Nesbitt mulai mengalami gejala pada Minggu, 20 Oktober dan menjalani tes virus corona pada 22 Oktober. Namun, karena kesalahan administrasi yang tidak diketahui penyebabnya, dia tidak menerima hasil tesnya.
Baca Juga: Uji Coba Robana, Robot Antisipasi Corona
Selama empat hari berikutnya ia tetap berhubungan dekat dengan keluarganya, dan diawasi oleh staf kampus, lapor Insider.
Tetapi pada 26 Oktober, kadar oksigen Nesbitt menjadi turun.
Ia dibawa ke ruang gawat darurat, di mana dokter menduga Nesbitt menderita Covid-19. Tetapi mereka menganggapnya sebagai kasus ringan, sehingga memulangkannya kembali ke asrama untuk beristirahat.
Pada 29 Oktober Nesbitt kembali dites, dan mengaku bahwa demamnya tidak sampai lebih dari sehari. Ia pun menonton film sampai tertidur. Hari berikutnya ia ditemukan tewas pada pukul 10 pagi.
Hasil tes keduanya menunjukkan bahwa ia positif terinfeksi virus corona.
Baca Juga: Update Corona 6 November: Pasien Positif 429.574, Meninggal 14.442 Jiwa
"Bethany adalah adik terkecil kami, bungsu dari sembilan bersaudara. Dia mencintai Tuhan, menyukai meme, dan dia mencintai keluarga serta teman-temannya," cuit sang kakak, Stephen Nesbitt di Twitter.