Suara.com - Pneumonia atau yang lebih dikenal dengan radang paru-paru merupakan penyebab kematian balita dan anak terbesar di Indonesia. Padahal penyakit ini bisa dicegah dan diobati. Sayangnya masih ada saja pasien yang jadi korban, khususnya anak
Itulah mengapa Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menjadikan program penanganan pneumonia sebagai salah satu prioritas.
"Kita tahu pneumonia ini penyebab pertama kematian pada bayi dan anak atau balita di bawah usia 5 tahun, sehingga inilah yang menjadi dasar mengapa kemudian pneumonia ini jadi salah satu program prioritas kementerian kesehatan," ujar Direktur Penyakit Tular Vektor Kementerian Kesehatan Nadia Wiweko dalam acara webinar, Kamis (5/11/2020).
Mengutip situs UNICEF Indonesia, pada tahun 2018, diperkirakan terjadi sekitar 19.000 anak meninggal dunia akibat pneumonia. Estimasi global menunjukkan bahwa setiap satu jam ada 71 anak di Indonesia yang tertular pneumonia.
Baca Juga: Ahli Inggris: Kalahkan Corona, Flu dan Pneumonia 10 Kali Lebih Mematikan!
Nadia mengatakan, Indonesia punya agenda besar menciptakan generasi emas di tahun 2050. Sehingga segala risiko penyebab sakit dan kematian anak, jadi tanggungjawab pemerintah.
"Pneumonia adalah penyakit kematian nomor 1 setelah diare, setelah infeksi lainnya," tutur Nadia.
Sementara itu berdasarkan data, separuh dari kematian balita akibat pneumonia terjadi di 5 negara, yakni Nigeria dengan 162.000 kasus, India 127.000 kasus, Pakistan 58.000 kasus, Kongo 40.000 kasus dan Ethiopia 32.000 kasus.
Meski Indonesia tidak ada dalam daftar, bukan berarti bisa jumawa karena Indonesia termasuk dalam 10 negara dengan kematian balita yang disebabkan pneumonia terbanyak di dunia.
"Di dalam kacamata dunia kesehatan, Indonesia termasuk 10 negara di mana 6 dari kematian yang terjadi disebabkan pneumonia," tutup Nadia.
Baca Juga: Pneumonia Penyebab Kematian Balita Terbesar Kedua, Ortu Sering Salah Kira