Studi: Penggunaan Aplikasi Kencan Picu Kecemasan pada Perempuan

Kamis, 05 November 2020 | 12:45 WIB
Studi: Penggunaan Aplikasi Kencan Picu Kecemasan pada Perempuan
Ilustrasi cemas atau khawatir [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pernah menggunakan aplikasi kencan seperti Tinder, BeeTalk, dan lain sebagainya? Sebuah penelitian baru menunjukan bahwa penggunaan aplikasi kencan terkait dengan masalah mental yakni kecemasan. Kondisi ini lebih cenderung terjadi pada perempuan.

Melansir dari Healthshots, depresi dan kecemasan sosial terkait dengan penggunaan aplikasi kencan. Studi ini diterbitkan dalam jurnal peer-review Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa perempuan cenderung lebih banyak mengalami efek buruk kesehatan mental dari aplikasi kencan baik sebelum menggunakan atau setelah menggunakan.

Penelitian juga menunjukkan bahwa perempuan sangat terpengaruh oleh tekanan media sosial sehingga mulai memengaruhi kesehatan mental mereka.

Baca Juga: Jaga Kesehatan Mental Anak selama Sekolah di Rumah, Simak 4 Tips Ini

"Dengan meningkatnya gejala kecemasan sosial dan depresi, perempuan mungkin lebih cenderung beralih ke teknologi untuk melakukan hubungan sosial (termasuk aplikasi kencan)," kata Martin Antony dan rekan penulis dari Ryerson University seperti yang dilansir dari Healthshots.

Ilustrasi media sosial. [Shutterstock]
Ilustrasi media sosial. [Shutterstock]

Berbeda dengan perempuan, semakin besar kecemasan sosial dan gejala depresi pada laki-laki maka semakin kecil kemungkinan mereka untuk memulai kontak  jodoh di aplikasi kencan seluler.

"Dengan aplikasi kencan seluler yang semakin berkembang dalam lanskap kencan saat ini, studi penelitian seperti yang dilakukan oleh Profesor Antony sangat penting untuk memahami manfaat serta kekurangan aplikasi kencan itu sendiri," kata Pemimpin Redaksi Brenda K Wiederhold, PhD, MBA, BCB, BCN, Interactive Institut Media, San Diego, California dan Institut Medis Realitas Virtual, Brussels, Belgia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI