Studi CDC: Ibu Hamil dengan Covid-19 Berisiko Melahirkan Prematur

Kamis, 05 November 2020 | 12:00 WIB
Studi CDC: Ibu Hamil dengan Covid-19 Berisiko Melahirkan Prematur
Ilustrasi ibu hamil. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ibu hamil yang terinfeksi virus corona cenderung mengalami sakit parah dan meninggal karena Covid-19, juga berisiko tinggi melahirkan prematur. Pendapat itu dirilis melalui laporan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit atau CDC, Amerika Serikat.

Meskipun risiko keseluruhan dari penyakit parah atau kematian tetap rendah, para peneliti CDC menemukan bahwa wanita hamil dengan virus corona lebih mungkin membutuhkan perawatan intensif, ventilasi, serta dukungan jantung dan paru-paru daripada wanita yang tidak hamil dengan infeksi.

Sebuah laporan terpisah menemukan bahwa tingkat kelahiran prematur sebesar 12,9 persen di antara wanita dengan virus corona, dibandingkan dengan 10,2 persen di antara populasi umum.

Penelitian baru menambahkan, semakin banyak bukti bahwa wanita hamil berada pada peningkatan risiko terkait dengan virus corona, kata Dr. Denise Jamieson, ketua departemen ginekologi dan kebidanan di Emory University School of Medicine.

Baca Juga: Bumil Wajib Tahu, Kadar Hb Rendah Bisa Pengaruhi Pertumbuhan Bayi

"Ini juga menunjukkan bahwa bayi mereka berisiko. Bahkan jika bayi tidak terinfeksi, mereka mungkin terpengaruh," kata Jamieson dikutip dari laman CNN.

Para peneliti meninjau data pada 461.825 wanita berusia 15 hingga 44 tahun yang dites positif Covid-19 antara 22 Januari sampai 3 Oktober. Peneliti hanya berfokus pada mereka yang mengalami gejala virus corona.

Tim menyesuaikan dengan faktor luar dan menemukan bahwa wanita hamil lebih mungkin membutuhkan perawatan intensif, dengan 10,5 per 1.000 wanita hamil dirawat di ICU, dibandingkan dengan 3,9 per 1.000 wanita yang tidak hamil.

Wanita hamil 3 kali lebih mungkin membutuhkan bantuan pernapasan dengan ventilasi invasif dibandingkan wanita yang tidak hamil. Demikian pula, mereka berisiko lebih besar membutuhkan dukungan paru-paru dan jantung dengan oksigenasi.

Mereka juga lebih mungkin meninggal, dengan 1,5 kematian per 1.000 wanita hamil, dibandingkan dengan 1,2 per 1.000 wanita yang tidak hamil.

Baca Juga: Ibu Hamil Rentan Demam, Apakah Gejala Covid-19?

Sesuai dengan tren yang terlihat di seluruh populasi umum, para peneliti menemukan beberapa ras dan etnis minoritas memiliki potensi yang lebih besar untuk terkena infeksi atau penyakit parah. Di antara wanita hamil, wanita Hispanik 2,4 kali lebih mungkin meninggal dan wanita Asia juga Hawaii atau Kepulauan Pasifik memiliki risiko yang lebih besar untuk dirawat di ICU.

Tim mencatat bahwa terlepas dari apakah mereka hamil, wanita di atas 35 tahun lebih cenderung mengalami penyakit parah. Para peneliti mengatakan bahwa kemungkinan besar penyakit parah di antara wanita hamil disebabkan oleh perubahan fisiologis dalam kehamilan, termasuk peningkatan detak jantung dan penurunan kapasitas paru-paru.

"Untuk mengurangi risiko penyakit parah dan kematian akibat COVID-19, wanita hamil harus diberi penyuluhan tentang pentingnya mencari perawatan medis segera jika mereka memiliki gejala dan tindakan untuk mencegah infeksi SARS-CoV-2," kata peneliti.

Wanita hamil dengan infeksi virus corona juga lebih mungkin melahirkan bayi lebih awal, peneliti CDC menemukan. Sebuah tim mempelajari kehamilan dan kelahiran bayi untuk 4.442 wanita yang didiagnosis dengan Covid-19 antara 29 Maret dan 14 Oktober.

Di antara 3.912 kelahiran hidup, mereka menemukan 12,9 persen prematur. Sebagai perbandingan, kelahiran prematur menyumbang 10,2 persen dari kelahiran hidup di antara populasi umum pada tahun 2019.

CDC mengatakan bahwa bayi yang lahir terlalu dini berisiko tinggi mengalami kematian dan kecacatan, termasuk masalah pernapasan, penglihatan, dan pendengaran.

Di antara bayi yang dites Covid-19, tim menemukan 2,6 persen di antaranya positif Covid-19. Infeksi virus corona paling sering terjadi pada bayi yang ibunya dinyatakan positif virus corona dalam waktu satu minggu setelah melahirkan.

Sekitar 60,6 persen wanita mengalami gejala, meskipun peneliti mengatakan bahwa status gejala ibu tidak mempengaruhi frekuensi kelahiran prematur pada bayi. Setidaknya satu kondisi medis yang dilaporkan pada 45 persen wanita, yang paling umum adalah obesitas.

Karena 84,4 persen wanita yang diteliti mengalami Covid-19 pada trimester ketiga. Namun, diperlukan lebih banyak penelitian untuk memahami dampak infeksi pada awal kehamilan dan efek jangka panjang pada bayi.

Sementara Covid-19 yang parah memang terjadi pada bayi baru lahir, sebagian besar mereka yang lahir cukup bulan dengan Covid-19 memiliki penyakit asimtomatik atau ringan, catat para peneliti.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI