Suara.com - Mencukupi gizi anak menjadi tantangan bagi setiap orangtua, terutama di tengan pandemi seperti ini, ketika banyak orang mungkin mengalami kesulitan untuk belanja bahan makanan dan mengakses layanan kesehatan. Hal ini pun menjadi perhatian Bintang Puspayoga, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Dikatakan, saat ini Indonesia masih menghadapi tantangan untuk memberantas stunting. Terlebih, data Global Nutrition Report pada 2018 menunjukkan bahwa prevalensi stunting Indonesia berada di peringkat 108 dari 132 negara dunia. Dan, Indonesia menempati urutan kedua prevalensi stunting tertinggi di Asia Tenggara setelah Kamboja.
“Angka ini tentunya sangat mengkhawatirkan, mengingat sumber daya paling berharga bagi suatu negara adalah sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas," ujar Menteri Bintang dalam keterangan pers yang diterima suara.com, Kamis (5/11/2020).
Padahal, kata Menteri Bintang, masa depan Indonesia ada di pundak anak Indonesia yang menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) 2019 berjumlah 79,55 juta. Sehingga kata dia, terpenuhinya hak anak adalah suatu keharusan agar kualitas SDM Indonesia terjamin di masa depan.
Baca Juga: 3 Makanan Murah Ini Bisa Perbaiki Gizi Anak dengan Masalah Malnutrisi
"Adapun beberapa faktor penyebab stunting yaitu akibat praktik pengasuhan yang kurang baik, masih terbatasnya layanan kesehatan, masih kurangnya akses keluarga terhadap makanan bergizi, serta kurangnya akses pada air bersih dan sanitasi. Untuk itu, seluruh pihak harus mengoptimalkan perbaikan gizi demi memastikan pemenuhan gizi seimbang bagi anak,” terang Menteri Bintang.
Upaya menuntaskan stunting juga harus semakin digiatkan. Pandemi Covid-19 seharusnya bukan halangan, karena periode pertumbuhan anak terus bergulir. Sehingga gizi anak di masa pandemi Covid-19 sekalipun tetap harus selalu dipantau dan diperbaiki agar terjamin, khususnya di 1000 hari pertama kehidupan, yang dimulai setelah bayi lahir sampai anak berusia minimal 3 tahun, di mana gizi harus selalu dipantau dan diawasi. Sedikit saja terdistraksi, maka akan berdampak pada pertumbuhan fisik dan perkembangan otaknya.
"Hal ini menjadi momentum tepat untuk mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), sejalan dengan upaya mewujudkan pemulihan kesehatan dan pemerataan yang berkelanjutan,” ujar Menteri Bintang.
Menteri Bintang juga mengklaim sudah melakukan berbagai langkah pencegahan stunting di Indonesia saat pandemi Covid-19. Di antaranya seperti memberlakukan mekanisme fleksibilitas bekerja dari rumah (work from home), termasuk bagi perempuan yang menyusui atau memiliki anak berusia di bawah 3 tahun, agar kebutuhan gizi seimbang anak terpantau.
Layanan Kesehatan Jiwa Nasional (SEJIWA) yang dapat diakes melalui nomor telepon 119 ext. 8 juga dihadirkan untuk memenuhi hak-hak perempuan dan anak yang terdampak Covid-19, termasuk bagi ibu hamil dan menyusui.
Baca Juga: Pakar UNICEF Sebut Gizi Anak Indonesia Terancam Turun Akibat Wabah Corona
Sekedar informasi, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan, angka stunting nasional mengalami penurunan dari 37,2 persen pada 2013 menjadi 30,8 persen pada 2018. Menurut Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) pada 2019, angka ini menurun menjadi 27,7 persen. Penurunan angka stunting telah dinyatakan sebagai program prioritas nasional. Target pemerintah sendiri, stunting di Indonesia bisa menurun mencapai 14 persen, sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 hingga 2024.