Suara.com - Rendahnya pemahaman masyarakat tentang cara penularan penyakit, termasuk penularan virus Corona, ditengarai menjadi penyebab hoaks seputar Covid-19 masih berkembang di masyarakat.
Untuk itu, Konsultan UNICEF Risang Rimbatmaja mengatakan pemahaman masyarakat tentang penularan Covid-19 perlu lebih dikuatkan agar mereka mengerti langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk memutus mata rantai virus tersebut.
"Ini penting dipahami warga, fondasi pemahaman seperti itu supaya tidak termakan hoaks, tidak mudah menstigma orang dan lain sebagainya," kata dia saat diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Rabu (4/11/2020) dilansir ANTARA.
Logikanya, ujar dia, jika setiap orang tau cara penularan virus tersebut maka mereka juga mengetahui langkah apa yang mesti dilakukan agar tidak tertular.
Baca Juga: Satgas Covid-19 Catat 3 Juta Orang Keluar Rumah Selama Libur Panjang Lalu
Sebab, hampir delapan bulan pandemi Covid-19 terjadi di Tanah Air, masih banyak masyarakat yang tidak memiliki pemahaman tentang virus itu sendiri terutama cara penularan sehingga menimbulkan persepsi yang keliru.
Ia meyakini jika pemahaman itu telah dimiliki masyarakat, maka tidak akan ada lagi kasus pasien Covid-19 yang dikucilkan di lingkungannya atau warga yang termakan informasi-informasi keliru.
Senada dengan itu, UNICEF Communications Development Specialist Rizky Ika Syafitri mengatakan berdasarkan survei yang dilakukan lembaga tersebut bekerja sama dengan Nielsen, mengungkapkan bahwa 85 persen masyarakat menjadikan media televisi sebagai rujukan untuk referensi Covid-19.
"Ternyata media televisi masih menjadi salah satu saluran yang paling kuat untuk dimanfaatkan," katanya.
Secara umum, ia mengatakan saat ini memang masih banyak masyarakat yang tidak konsisten dalam menerapkan perilaku tiga 3M yakni mencuci tangan pakai sabun, memakai masker dan menjaga jarak.
Baca Juga: Efek Liburan, Satgas Prediksi Akan Panen Pasien Corona Dua Pekan Lagi
Terkait hal itu, dari aspek komunikasi yang dapat dilakukan ialah merumuskan pesan yang tepat kepada audiens yang tepat pula sehingga tujuan perubahan perilaku dapat tercapai.
Sebagai contoh, berdasarkan riset, pemikiran utama dari masyarakat tentang Covid-19 saat ini ialah mengerikan, mematikan, menularkan dan sebagainya. Oleh karena itu, di sinilah peran agen perubahan untuk mengolah informasi tersebut menjadi positif.
"Kalau mengerikan atau mematikan, ayo kita sama-sama jaga diri, narasi seperti ini yang harus diperkuat," ujar dia.