Dibanding Orang Tua, Anak Muda Indonesia Banyak yang Tak Patuhi Praktik 3M

Rabu, 04 November 2020 | 17:34 WIB
Dibanding Orang Tua, Anak Muda Indonesia Banyak yang Tak Patuhi Praktik 3M
Ilustrasi pemotor memakai masker.([Suara.com/Alfian Winanto)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemerintah mengimbau masyarakat untuk selalu menerapkan protokol kesehatan 3M, yaitu memakai masker, mencuci tangan pakai sabun, dan menjaga jarak. Ini dilakukan guna menekan kasus penularan virus corona Covid-19 yang semakin meningkat di Indonesia.

Namun ternyata tidak semua orang mau mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, terutama pada kalangan anak muda. Demikian paparan webinar "Keterlibatan Masyarakat Dalam Respons Pandemi Covid-19".

Hal ini dibuktikan dalam sebuah survei yang dilakukan UNICEF dan Nielsen, perusahaan informasi global yang berfokus pada penelitian dan riset, terhadap dua ribu responden segala usia di enam kota besar di Indonesia.

Data mereka menunjukkan hanya 20 persen anak muda (15 hingga 17 tahun) yang disiplin mempraktikan 3M. Sedangkan orang tua atau senior (50 hingga 54 tahun) mencapai 41,30 persen yang telah mempraktikkan protokol kesehatan.

Baca Juga: Longgarkan Pembatasan, Victoria Kembali Catatkan Nol Kasus Virus Corona

Apabila dihitung secara keseluruhan, sekitar sepertiganya (31,5 persen) telah mempraktikkan ketiga kunci, dan 9 persen tidak melakukan satu pun.

Data survei UNICEF dan Neilsen (YouTube/Lawan COVID19ID)
Data survei UNICEF dan Neilsen (YouTube/Lawan COVID19ID)

Padahal, orang-orang yang melakukan praktik kesehatan pun masih memiliki risiko untuk terinfeksi virus corona, meski lebih rendah.

Jika dijabarkan, orang-orang lebih sering mempraktikan cuci tangan (72 persen) daripada menjaga jarak (47 persen). Sedangkan memakai masker (71 persen) merupakan praktik kesehatan kedua yang sering mereka lakukan.

"Tapi perilaku ini tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri. Untuk terjadinya pencegahan penularan, kita harus terus melakukan ketiga perilaku tersebut. Jadi tidak bisa cuma pakai masker, tapi tidak cuci tangan. Harus satu paket," tutur Rizky Ika Syafitri, UNICEF Communications Development Specialist, Rabu (4/11/2020).

Penulis studi sekaligus Konsultan UNICEF, Risang Rimbatmaja, mengatakan kendala dari praktik menjaga jarak menurut responden adalah adanya aspek norma sosial dan mispersepsi di masyarakat.

Baca Juga: Kulit Sekujur Tubuh seperti Tersetrum, Awas Gejala Virus Corona Covid-19

"Misal norma sosial, 'orang kok yang mendekat, bukan saya', atau, 'tidak enak jika tidak menjaga jarak'. Jadi, bagaimana orang lain berperilaku," tutur Risang.

Sedangkan mispersepsi yang terjadi di masyarakat adalah bahwa mereka merasa sehat, sehingga tidak akan menularkan penyakit kepada orang lain.

"Jadi kelihatannya konsep tentang OTG (orang tanpa gejala), bahwa, walaupun orang itu keliatan sehat bugar tapi bisa menularkan penyakit belum betul-betul masuk di benak masyarakat," ujar Rizky.

Menurutnya, konsep orang tanpa gejala perlu diperkuat dalam pesan komunikasi pemerintah dan masyarakat.

"Terlihat di sini bahwa orang merasa tidak perlu menjaga jarak karena melihat orang lain sehat lupa bahwa ada orang positif tetapi tidak menunjukkan gejala batuk atau apa pun," tandasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI