Suara.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memastikan program vaksinasi Covid-19 yang dilakukan di Indonesia akan dilakukan menggunakan vaksin yang sudah lolos uji klinis.
Dikatakan Kemenkes, faktor terpenting dari vaksinasi adalah hasil uji klinis fase ketiga akhir yang baru diketahui akhir tahun 2020.
Deretan vaksin itu adalah AstraZeneca dari Inggris dan Sinopharm dari China yang hasilnya akan rampung pada Desember 2020.
Harapannya deretan vaksin ini harus terbukti efektif dan menghasilkan antibodi yang diharapkan untuk melawan virus corona penyebab sakit Covid-19.
Baca Juga: Jatim Jadi Propinsi Kematian Dokter Akibat Covid-19 Tertinggi di Indonesia
"Apapun vaksin yang akan kita kerjakan di bulan yang akan datang, akan menunggu hasil uji klinis fase ketiga," ujar Staf Khusus Menteri Kesehatan RI Bidang Pembangunan dan Pembiayaan Kesehatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI Alexander Kaliaga Ginting Suka, Sp.P, dalam acara Webinar Kemenkes RI, Selasa (3/11/2020).
Keamanan vaksin ini akan lebih dulu diurus dan dipastikan oleh Badan Pengawan Obat dan Makanan (BPOM) RI, dibuktikan dengan terbitnya surat atau nomor izin edar dari BPOM RI.
Lelaki yang akrab disapa Alex itu menjabarkan tiga kriteria vaksin Covid-19 yang bisa digunakaan dan diedarkan. Seperti keamanan yang disandarkan pada hasil studi dan penelitian, imunogenisitas karena vaksin harus memberikan respon perlindungan, dan terbukti keefektifannya melawan virus corona penyebab sakit Covid-19.
"Jadi ketiga hal ini, yang harus menjadi ukuran dan patokan," tutur Alex.
Di sisi lain, pemberian vaksin Covid-19 pada akhir 2020 memang ditentang Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), alasannya karena kedua vaksin yang digunakan sama sekali tidak diuji di Indonesia.
Baca Juga: Profil Melaney Ricardo, Artis yang Sempat Terinfeksi Covid-19
Sedangkan vaksin Sinovac meski berasal dari China, tapi sedang diuji di Bandung, Jawa Barat yang dijalankan Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran (Unpad) bekerjasama dengan Bio Farma.
Tapi sayangnya vaksin Sinovac ini, hasil uji klinis 3 tahap akhirnya baru rampung pada Januari 2021.
Sehingga PAPDI berharap, pemerintah Indonesia tidak terburu-buru dan menunggu hasil uji klinis yang sedang dilakukan di dalam negeri.
"Jadi kita sudah sepakat dari PAPDI tunda dulu, sampai tunggu di Bio Farma selesai, walaupun vaksin lain sudah diujicobakan di negara lain, tapi di negara kita, kita ingin tahu dulu bagaimana hasilnya," ungkap Pakar Alergi dan Imunologi Prof. Dr. dr. Iris Rengganis yang tergabung dalam PAPDI, beberapa waktu lalu.
"Tunggu sampai selesai penelitian nanti di Bio Farma, itu laporannya Januari 2021. Jadi kalau bisa kita usulkan jangan tahun ini. Sabar, daripada ada efek samping KIPI (kejadian ikutan pasca imunisasi)," sambung Prof. Iris.