Suara.com - Pernyataan Gubernur Sao Paulo, Joao Doria, yang mendukung kewajibkan vaksinasi COVID-19 membuat warga resah.
Akibatnya, lebih dari 300 warga Brasil berkumpul di jalan raya komersial utama Sao Paulo pada Minggu (1/11) untuk memprotes kewajiban vaksinasi Covid-19.
Mereka juga menentang pengujian vaksin potensial yang dikembangkan oleh perusahaan biofarmasi China, Sinovac.
Para pengunjuk rasa di Sao Paulo melakukan aksi mereka untuk mendukung Bolsonaro.
Baca Juga: Menteri Kesehatan Brasil Kembali Masuk Rumah Sakit karena Covid-19
Satu demonstran memegang tanda bertuliskan "Kami bukan kelinci percobaan" dan satu orang lagi --dengan mengenakan masker-- memperlihatkan tulisan "tidak untuk vaksin."
Banyak di antara para pengunjuk rasa itu yang tidak memakai masker.
"Kami menentang Joao Doria, yang sekarang akan mewajibkan vaksin itu, yang bertentangan dengan keinginan kami," kata pemrotes Andre Petros.
"Ini tidak terjadi di mana pun di dunia, bahkan di China," katanya.
Doria sebelumnya berbicara dengan arah mendukung kewajiban vaksinasi, begitu vaksin tersedia.
Baca Juga: Lagi, China Temukan Daging Beku dari Brasil Mengandung Virus Corona
Sikapnya itu memicu pertengkaran dengan Presiden Jair Bolsonaro, yang bersumpah bahwa vaksinasi akan bersifat sukarela.
Ketua Mahkamah Agung mengatakan pengadilan pada akhirnya akan memutuskan masalah tersebut.
Di Brasil, warga wajib divaksinasi dengan beberapa jenis vaksin, termasuk vaksin Hepatitis B yang diberikan pada bayi yang baru lahir.
Brasil mencapai keberhasilan besar pada gerakan vaksinasi besar-besaran pada masa lalu, misalnya dalam memberantas polio pada 1980-an.
Di Sao Paulo, vaksin Sinovac sedang diuji sebagai bagian dari pengujian klinis fase III dengan dukungan dari pemerintah Doria.
Kementerian kesehatan federal Brasil pada Oktober mengumumkan akan membeli 46 juta dosis vaksin buatan Sinovac, jika mendapat persetujuan badan pengawas, dalam kesepakatan yang didukung oleh para gubernur negara bagian.
Namun sehari kemudian, Presiden Jair Bolsonaro yang beraliran konservatif mengatakan negaranya tidak akan membeli vaksin tersebut.
Bolsonaro telah sesekali menyerang China sejak jejak kampanye 2018, pada saat negara-negara Asia meningkatkan investasi dan pengaruh di Brasil.
Dengan 5,5 juta kasus COVID-19, Brasil dilanda wabah virus corona terburuk ketiga secara global, setelah Amerika Serikat dan India, menurut hitungan Reuters. [ANTARA]