Suara.com - Saat buang air kecil, banyak orang mungkin mengalami dan menyadari bahwa urine yang dikeluarkan berbusa. Mulai sekarang, Anda harus waspada. Terlebih jika disertai dengan keluhan lain seperti tubuh bengkak dan nyeri saat berkemih.
Seperti dikutip dari Alodokter, Senin (2/11/2020), umumnya kencing berbusa itu terjadi bila kurang minum atau mengalami dehidrasi.
Selain itu, obat-obatan tertentu untuk mengobati infeksi saluran kemih, contohnya phenazopyridine, juga bisa membuat air seni tampak berbusa.
Penyebab kencing berbusa lainnya adalah ejakulasi retrograde, yaitu suatu kondisi yang terjadi pada pria ketika air mani masuk ke dalam kandung kemih, bukannya dikeluarkan melalui penis ketika ejakulasi.
Baca Juga: Demi Jaga Kesehatan, Aktor Ini Rajin Minum Urine Sapi
Sehingga, untuk memastikan penyebab kencing berbusa, Anda diperlukan pemeriksaan kesehatan oleh dokter. Salah satu pemeriksaan yang akan dilakukan oleh dokter untuk menentukan penyebab kencing berbusa adalah urinalisis.
Kencing Berbusa Bisa Akibatkan Proteinuria, dan Gangguan Ginjal
Proteinuria atau albuminuria merupakan kondisi di mana jumlah kandungan protein dalam urine melebihi ambang batas normal. Salah satu penyebabnya adalah saat filter ginjal, yang disebut glomeruli, rusak hingga membuat protein dalam darah bocor keluar melalui air seni.
Normalnya, ginjal akan menyaring air dan limbah berlebih dari darah untuk dibuang melalui urine. Protein dan zat penting lain yang dibutuhkan oleh tubuh akan dibiarkan tinggal dalam aliran darah karena terlalu besar untuk melewati filter ginjal.
Namun bila ginjal rusak, filter tersebut tidak dapat melakukan penyaringan sebagaimana mestinya, sehingga protein dapat masuk ke dalam urine.
Baca Juga: Kelainan Genetik Langka, Urine Gadis Kecil Ini Menghitam saat Terkena Udara
Proteinuria sendiri merupakan salah satu tanda penyakit ginjal kronis yang bisa disebabkan oleh tekanan darah tinggi atau diabetes yang tidak terkontrol, endokarditis, sindrom nefrotik, dan radang ginjal.
Jika penyakit ginjal kronis terus berlanjut, maka nantinya dapat terjadi kerusakan dan kegagalan fungsi ginjal secara permanen. Kondisi ini disebut gagal ginjal stadium akhir (end-stage renal disease/ESRD).
Penderita gagal ginjal stadium akhir perlu menjalani cuci darah secara rutin seumur hidup, atau menjalani operasi transplantasi ginjal. Selain itu, penderita juga harus mengonsumsi obat-obatan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Untuk mencegah terjadinya kerusakan ginjal berat, disarankan untuk menjalani hidup sehat, yang meliputi minum air putih yang cukup, mengurangi asupan garam berlebih, mengontrol tekanan darah dan gula darah agar tidak terlalu tinggi, serta, rutin menjalani pemeriksaan kesehatan ke dokter.