Suara.com - Banyak mitos beredar seputar menstruasi, salah satunya perempuan dilarang menggaruk kulit yang terhalang kain.
Sebab, tindakan ini dianggap bisa menimbulkan bekas di kulit yang sulit dihilangkan. Mitos atau fakta ya?
Menjawa pertanyaan ini, dokter Spesialis Kulit dr. Ariani Astasari Widodo, Sp.KK secara tegas kangsung membantah pernyataan itu.
"Mitos yang tidak benar," ujar dr. Ariani tegas saat dalam acara bincang media beberapa waktu lalu.
Baca Juga: Jangan Pernah Minum Alkohol Saat Menstruasi, Ini Risikonya
Terlepas dari mitos yang beredar seputar garukan saat menstruasi, dr. Ariani tidak menganjurkan garukan dalam bentuk apapun pada kulit karena bisa meningkatkan risiko membekas, khususnya untuk pemilik kulit gelap dan kulit sensitif.
"Tipe kulit gelap, tipe kulit sensitif, semakin tinggi intensitas garukan tentu semakin tinggi risiko berbekas, dan ini tidak ada hubungan dengan datang bulan," jelas dr. Ariani.
Ia menjelaskan, jika risiko bekas garukan di kulit terjadi karena rusaknya barrier kulit atau lapisan terluar kulit.
Padahal lapisan terluar ini sangat dibutuhkan untuk melindungi dari paparan benda asing, seperti polusi, bakteri hingga kuman yang berusaha masuk ke pori-pori kulit.
"Kegiatan menggaruk merusak barrier kulit, memicu siklus gatal garuk, dan meningkatkan penetrasi alergen, iritasi, dan kuman masuk ke kulit akibat barrier kulit yang rusak," terang Dermatologist lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.
Baca Juga: Sering Alami Ruam Kulit saat Menstruasi? Coba Lakukan 5 Tips Ini
Alih-alih menggaruk kulit berlebihan, dr. Ariani lebih menyarankan menghilangkan rasa gatal dengan mengompresnya dengan air dingin.
"Yang dianjurkan diberikan sesuatu yang dingin, seperti cold compress," tutupnya.