Suara.com - Seluruh dunia tengah menunggu vaksin untuk mengurangi dampak penularan virus corona penyebab sakit Covid-19 yang mewabah saat ini.
Tapi menurut Ketua Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional atau ITAGI Prof. Dr. dr. Sri Rezeki Hadinegoro Sp. PD., hampir 30 persen masyarakat Indonesia masih ragu dengan rencanan vaksinasi Covid-19.
Angka tersebut diketahui dari hasil survei persepsi masyarakat untuk imunisasi Covid-19 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia bersama UNICEF dan ITAGI, pada September 2020 lalu.
"Masih ada masyarakat yang bimbang sebanyak 27,6 persen. Jadi sekitar 30 persen rakyat kita masih bingung," kata Sri dalam webinar sosialisasi 'Vaksin Untuk Negeri', Sabtu (31/10/2020).
Baca Juga: 9 Tanda Anda Pintar, Kelelahan Sebabkan Jumlah Spesimen Covid-19 Berkurang?
Meski begitu, Sri menyampaikan bahwa banyak masyarakat yang sudah tahu mengenai program vaksinasi Covid-19 dari pemerintah.
Tercatat sebanyak 64,81 persen responden menyatakan akan ikut program vaksinasi Covid-19 dan sebanyak 7,6 persen lainnya yang menolak divaksin Covid-19. Di antara dua hal itu, sebanyak 27,6 persen mengaku masih ragu.
Di sisi lain, Sri mengatakan bahwa penelitian vaksin Covid-19 memang lebih cepat dari biasanya. Hal itu terjadi karena vaksin sangat dibutuhkan segera untuk memutus rantai penularan virus SARS COV-2.
"Penelitian vaksin umumnya butuh waktu sampai 10 tahun. Tapi karena sekarang kondisi pandemi jadi dipercepat rata-rata 18 bulan selesai," ujarnya.
Walau dipercepat, keamanan dan manfaat vaksin tetap menjadi fokus utama dalam penelitian, lanjut Sri. Karena itu vaksin harus melewati penelitian preklinik dan uji klinis juga beberapa fase dengan pengujian melalui hewan dan manusia sebelum akhirnya akan didistribusikan.
Baca Juga: Penularan Covid-19 Bisa Diputus Tanpa Harus Menunggu Vaksin?
"Vaksin kalau baru fase 1 sudah tidak aman, tidak akan diteruskan. Kalau hewan pada mati ya gak akan diteruskan ke manusia. Kadang yang dipreklinik juga hanya tujuh persen yang berhasil. Untuk vaksin bisa sampai masuk ke fase 3 itu keamanan fase 1 dan 2 harus dilampaui," paparnya.
Sementara itu, terkait tujuan vaksin, Sri memaparkan bahwa vaksin menjadi upaya paling efektif dalam upaya pencegahan infeksi.
Jika sebagian besar masyarakat divaksinasi, maka kemampuan patogen untuk menyebar menjadi terbatas. Sehingga kelompok yang tidak mendapat imunisasi juga bisa tetap sehat.
"Jika banyak masyarakat yang kebal, hal ini akan memutus mata rantai penularan kepada kelompok yang tidak mendapatkan imunisasi. Seperti bayi kecil dan penderita imunokompromais," tuturnya