Suara.com - Teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan jadi bidang yang sedang tren belakangan ini, karena kecanggihannya bisa mempermudah kegiatan sehari-hari manusia. Termasuk bisa dimanfaatkan untuk mendeteksi Covid-19, hanya dari rekaman suara batuk orang tersebut.
Diwartakan Medical Express, Jumat (30/10/2020) seseorang bisa saja terinfeksi Covid-19 tanpa gejala karena sistem imun yang kuat, kondisi ini disebut asimtomatik. Tapi berbahayanya, orang yang asimtomatik Covid-19 tetap bisa menularkan virus kepada orang lain.
Uniknya, peneliti Massachusetts Institute of Technology (MIT) menemukan jika orang asimtomatik Covid-19, kemungkinan memiliki cara batuk yang cenderung berbeda dari orang sehat yang tidak terinfeksi Covid-19.
Nah, menariknya perbedaan cara batuk ini tidak bisa diidentifikasi oleh telinga manusia, tapi bisa diidentifikai oleh teknologi AI.
Baca Juga: Ditolak Masuk Pesawat, Wanita Tanpa Masker Ngamuk dan Batuk Sembarangan
Dalam sebuah makalah yang diterbitkan dalam IEE Journal of Engineering in Medicine and Biology, tim peneliti mengatakan jika teknologi AI bisa membedakan orang Covid-19 tanpa gejala dengan orang sehat melalui rekaman batuk yang dipaksa (bukan batuk alami). Teknologi ini dites dengan cara orang secara sukarela mencobanya dengan membuka website menggunakan ponsel atau laptop.
Dalam mengembangkan AI ini, peneliti melatih AI dengan puluhan ribu sampel batuk serta beberapa kata yang diucapkan. Hasilnya secara akurat, AI baru perekam batuk ini mampu mengidentifikasi 98,5 persen dari batuk orang yang mengidap Covid-19, meski pada pasien Covid-19 tanpa gejala sekalipun.
Jika nantinya aplikasi ini sudah lebih ramah untuk digunakan, dan disetujui FDA untuk digunakan dalam skala besar, maka teknologi AI ini bisa jadi alat tes Covid-19 gratis, nyaman, dan tanpa perlu tindakan medis. Apalagi untuk orang dengan Covid-19 asimtomatik atau tanpa gejala.
Nantinya pengguna aplikasi ini bisa menggunakannya setiap hari, batuk di layar handphone, dan langsung mendapatkan informasi apakah pengguna kemunginan terinfeksi Covid-19. Setelahnya sebagai penegakan diagnosis, pengguna bisa mengkonfirmasinya melalui tes PCR di rumah sakit atau laboratorium.
"Penerapan secara efektif alat diagnosis ini bisa mengurangi penyebaran pandemi, jika semua orang mengggunakan AI ini sebelum pergi ke sekolah, pabrik, atau restoran," tutur rekan peneliti Brian Subriana, Ilmuwan dan Peneliti di Laboratorium Auto-ID MIT.
Baca Juga: Tak Perlu Takut, Begini Cara Atasi Kecemasan selama Pandemi Covid-19
Rekan peneliti yang ikut mengerjakan ini termasuk di antaranya Jordi Laguarta dan Ferran Hueto, yang sama-sama berasal dari Laboratorium Auto-ID MIT.