Studi Universitas Emory: Antibodi Pasien Pulih Covid-19 Malah Serang Tubuh

Kamis, 29 Oktober 2020 | 12:15 WIB
Studi Universitas Emory: Antibodi Pasien Pulih Covid-19 Malah Serang Tubuh
Ilustrasi Pasien Covid-19. (Pexels)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pada beberapa pasien pulih Covid-19, antibodi yang mereka hasilkan malah menyerang sel sehat seperti yang terjadi pada penderita autoimun. Dalam kondisi ini, sistem kekebalan tubuh tidak menyerang virus tapi malah menyerang tubuh atau sel yang sehat.

Melansir dari Times of India, respons kekebalan yang salah arah ini dapat memperburuk Covid-19 menjadi lebih parah. Kondisi ini juga yang mungkin menyebabkan gejala jangka panjang.

"Ada kemungkinan bahwa Anda dapat memberikan pasien yang sesuai lebih keras dengan beberapa obat yang lebih agresif dan mengharapkan hasil yang lebih baik," kata Matthew Woodruff, ahli imunologi di Emory University di Atlanta dan penulis utama penelitian tersebut.

Hasil penelitan ini dilaporkan Jumat di server pracetak MedRxiv dan belum dipublikasikan dalam jurnal ilmiah. Tetapi para ahli lain mengatakan bahwa para peneliti yang melakukan studi ini cukup kaliber karena pekerjaan mereka yang cermat dan teliti.

Baca Juga: Alhamdulillah, Negara Ini Berencana Gratiskan Vaksin Covid-19

"Saya tidak terkejut, tetapi menarik untuk melihat bahwa itu benar-benar terjadi," kata Akiko Iwasaki, ahli imunologi di Universitas Yale.

"Ada kemungkinan bahwa penyakit sedang hingga ringan dapat menyebabkan respons antibodi semacam ini," imbuhnya.

Dalam studi ini para peneliti mengamati 52 pasien dalam sistem perawatan kesehatan Emory di Atlanta yang diklasifikasikan memiliki Covid-19 parah atau kritis tetapi tidak memiliki riwayat gangguan autoimun. Namun, para peneliti menemukan kasus autoimun pada hampir separuh pasien.

Ilustrasi pasien (Unsplash)
Ilustrasi pasien (Unsplash)

Peneliti juga menemukan bahwa di antara separuh pasien yang sakit paling parah, lebih dari 70 persen di antaranya mengembangkan autoimun. 

"Ini bukan hanya karena pasien bersangkutan memiliki respon imun seperti autoimun, tapi tanggapan kekebalan itu digabungkan dengan reaktivasi otomatis klinis nyata dan dapat diuji," imbuh Woodruff.

Baca Juga: Infeksi Covid-19 Melonjak, Prancis Berlakukan Lockdown Kedua

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI