Ilmuwan AS Temukan Obat yang Terbuat dari Darah Komodo, Apa Khasiatnya?

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Kamis, 29 Oktober 2020 | 11:55 WIB
Ilmuwan AS Temukan Obat yang Terbuat dari Darah Komodo, Apa Khasiatnya?
Komodo (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Belakangan Komodo tengah banyak di bicarakan oleh masyarakat. Hal ini karena rencana pemerintah untuk membangun tempat wisata di habitat Komodo itu sendiri.

Terbaru, para peneliti di Amerika Serikat telah menemukan penangkal yang tidak mungkin untuk bakteri yang kebal antibiotik, yakni obat yang terbuat dari darah komodo.

"Reptil Indonesia "sangat berhasil bertahan hidup dalam kondisi penuh bakteri jahat tempat mereka tinggal," kata Monique Van Hoek, direktur asosiasi di Sekolah Biologi Sistem Universitas George Mason, yang mempelopori studi berdarah tersebut dilansir dari New York Post.

Dalam penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Medical Microbiology, para ilmuwan mensintesis antibiotik baru, DRGN-6, dengan menggabungkan dua gen yang ditemukan dalam darah kadal yang terancam punah, yang terbesar di dunia dengan panjang hingga 10 kaki.

Baca Juga: Ramai Kecam Jurassic Park Komodo, Netizen: Makin Jijik Sama Pemerintah

Ilustrasi Komodo Kobra (Freedigitalphotos/M - Pics)
Ilustrasi Komodo .Freedigitalphotos/M - Pics)

Darah komodo mungkin terdengar seperti ramuan minuman penyihir. Namun, dalam uji praklinis, DRGN-6 membunuh bakteri yang resistan terhadap obat - Klebsiella pneumoniae - di balik jenis pneumonia yang agresif.

Tidak hanya itu, sebuah studi tahun 2017 oleh tim yang sama menunjukkan bahwa molekul lain yang ditemukan dalam darah komodo, DRGN-1, bahkan memfasilitasi penyembuhan luka yang disebabkan oleh infeksi Staph pada tikus.

Para peneliti menghubungkan sifat antimikroba darah dengan fakta bahwa spesies berevolusi secara berbeda dari manusia.

"Kekebalan mereka mungkin berbeda ... dan melindungi dari bakteri yang berbeda," kata Van Hoek.

Mulut komodo dilaporkan menyimpan lebih dari 80 jenis bakteri, beberapa di antaranya menyebabkan keracunan darah pada manusia dan hewan yang digigit.

Baca Juga: Imbas Foto Komodo Adang Truk Proyek, Pulau Rinca Ditutup hingga 2021

Faktanya, predator itu sebelumnya dianggap melumpuhkan mangsanya dengan gigitannya yang dipenuhi bakteri - sebelum para peneliti menemukan bahwa ia memiliki kelenjar racun yang sebenarnya.

Ilmuwan berharap kekebalan ini dapat dimanfaatkan dan digunakan untuk melawan superbug Klebsiella pneumoniae.

Van Hoek menganggap studi tersebut sebagai "langkah kritis pertama," tetapi mungkin perlu 10 tahun sebelum DRGN-6 tersedia untuk umum. Pertama-tama tim harus mengutak-atik molekul tersebut untuk memastikan bahwa molekul itu tidak membahayakan sel darah merah sebagai efek tambahan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI