Suara.com - Dalam 1000 hari pertama kelahiran, ASI merupakan asupan terbaik yang dibutuhkan oleh anak. Bahkan, dalam masa enam bulan pertama, bayi hanya cukup diberikan ASI.
Tapi, sayangnya, tidak banyak anak yang bisa mendapatkan ASI. Hal itu diungkapkan oleh Deputi Bidang Tumbuh Kembang Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Lenny N. Rosalin.
"ASI ini yang menentukan dari kualitas balita, ASI itu gratis, tapi masih saja susah atau sulit," ujar Lenny dalam acara webinar Foodbank of Indonesia (FOI), Rabu (28/10/2020).
Berbagai faktor mempengaruhi mengapa seorang ibu tidak bisa memberikan ASI untuk anaknya. Beberapa di antaranya seperti kesibukan atau demi kesehatan sehingga ASI tidak keluar atau tidak adanya dukungan dari keluarga.
Baca Juga: Simbol Keibuan, Ini Arti Mimpi Menyusui
"Sehingga edukasi kepada keluarga penting agar memberikan juga dukungan kepada ibu-ibi yang sedang menyusui," ungkap Lenny.
Menurut data yang diungkap Lenny, secara nasional di 2018 hanya 65 persen ibu di Indonesia yang bisa memberikan ASI. Angka ini berarti jika ada 3 orang anak, hanya 2 anak saja yang mendapatkan ASI eksklusif.
Dengan alasan sibuk atau menganggap lebih nyaman menggunakan pompa ASI, data juga menunjukkan hanya 51 persen ibu yang menyusui anaknya secara langsung.
Padahal beberapa pakar sudah berpendapat jika ASI yang diperah atau dipompa, tidak akan sama kualitasnya dengan ASI yang disusui secara langsung dari payudara ibu, yang pastinya lebih unggul.
"Artinya perilaku, bahwa ibu tersebut tidak paham, bahwa menyusuinya dia bisa membantu gizi si anak," jelas Lenny.
Baca Juga: Ahli Gizi: Ibu Menyusui Boleh Diet 3 Bulan Pascamelahirkan
Data juga menunjukkan ada 44 persen anak yang baru lahir mendapatkan sumber makanan lain selain ASI, seperti susu formula atau yang lainnya.
"Toh, kalau diberikan ASI hanya 3 bulan dari 6 bulan eksklusif. Tentunya ini banyak sekali aspek yang harus diatasi," tutupnya.