Lelaki Sering Tak Menyadari Tanda Disfungsi Ereksi, Apa Saja?

Selasa, 27 Oktober 2020 | 20:21 WIB
Lelaki Sering Tak Menyadari Tanda Disfungsi Ereksi, Apa Saja?
Ilustrasi disfungsi ereksi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Disfungsi seksual merupakan gangguan fisik atau psikologis yang membuat seseorang atau pasangannya kesulitan mencapai kepuasan seksual. Hal ini bisa terjadi pada laki-laki maupun perempuan. Dan salah satu disfungsi seksual yang paling umum terjadi pada lelaki adalah disfungsi ereksi. Kondisi itu bisa terjadi pada seluruh kelompok umur, namun berbanding lurus dengan penambahan usia.

Menurut dokter spesialis Urologi Dr. dr. Nur Rasyid Sp.U., masalah disfungsi seksual kerap kali tidak pernah selesai karena kurangnya pengetahuan atau kesadaran lelaki terhadap gangguan tersebut. Berdasarkan survei di Eropa, bahkan hanya 50 persen lelaki yang mengetahui tanda dan gejala disfungsi ereksi.

"Hal ini membuat pasien seringkali datang ke dokter dalam kondisi berat serta berpengaruh signifikan dalam penurunan kualitas hidup akibat kecemasan, rasa malu, rasa bersalah, dan depresi. Tidak jarang, masalah seksual menjadi pencetus konflik dengan pasangan hidup," kata Rasyid dalam webinar terkait Disfungsi Ereksi, Selasa (27/10/2020).

Ia menjelaskan bahwa secara umum disfungsi seksual pada pria dapat dibagi menjadi beberapa tipe, di antaranya:

Baca Juga: Konsumsi Suplemen Herbal ini, Bisa Atasi Disfungsi Ereksi dan Obesitas

  1. Disfungsi ereksi, yaitu kesulitan untuk mencapai atau mempertahankan ereksi
  2. Ejakulasi dini, yaitu waktu mencapai orgasme yang terlalu cepat
  3. Ejakulasi terlambat, yaitu waktu mencapai orgasme yang terlalu lambat atau tidak sama sekali
  4. Libido/gairah rendah, yaitu penurunan minat terhadap hubungan seksual

Penyebab disfungsi seksual perlu dilihat secara luas, lanjut dokter Rasyid. Penyebab fisik bisa disebabkan kadar hormon testosteron yang rendah, penggunaan obat-obatan antihipertensi atau antidepresan, gangguan pembuluh darah seperti hipertensi, aterosklerosis atau sumbatan pembuluh darah, kerusakan saraf (stroke, komplikasi diabetes), merokok, dan alkohol.

Sedangkan faktor psikologis bisa disebabkan masalah pernikahan atau hubungan interpersonal lain. Seperti kekhawatiran terhadap performa seksual, depresi dan rasa bersalah, riwayat trauma seksual, atau stres pekerjaan atau rumah tangga.

"Sebelum menentukan terapi yang tepat, seseorang akan menjalani serangkaian pemeriksaan. Prosedur pemeriksaan ini bertujuan untuk menentukan secara pasti diagnosis pasien, serta penyebab yang
mendasarinya," kata dokter Rasyid.

"Hal ini disebabkan fungsi seksual melibatkan proses yang kompleks, meliputi sistem saraf, hormon, dan pembuluh darah," tambahnya.

Pemeriksaan yang dilakukan untuk deteksi gangguan ereksi antara lain pemeriksaan gula darah, tekanan darah, dan kolesterol. Bila diperlukan, dapat dilakukan pemeriksaan yang lebih spesifik, seperti kadar hormon testosteron maupun pemeriksaan aliran darah ke genital, jelas dokter Rasyid. "Bila ditemukan kelainan, maka pasien dapat berkonsultasi dengan bidang urologi, bidang endokrin penyakit dalam, bidang psikiatri, atau bidang lain yang sesuai dengan hasil temuan," ucapnya.

Baca Juga: Siapa Sangka, Racun Laba-laba Bisa Atasi Disfungsi Ereksi Lho

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI