Hasil Positif Palsu pada Tes Virus Corona Memiliki Dampak Serius

Selasa, 27 Oktober 2020 | 17:11 WIB
Hasil Positif Palsu pada Tes Virus Corona Memiliki Dampak Serius
Petugas kesehatan Jerman mendata sekaligus melakukan swab test COVID-19.[AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dalam kasus pengujian virus corona yang berisiko tinggi, positif palsu meski tidak dinilai lebih buruk dari negatif palsu, tetap saja akan memberi dampak buruk.

Positif palsu, yang secara keliru mengidentifikasi orang sehat sebagai orang yang terinfeksi virus, dapat menimbulkan konsekuensi serius, terutama di wilayah dengan kasus Covid-19 langka.

Dilansir New York Times, di wilayah di mana virus relatif langka, hasil positif palsu bahkan mungkin melebihi jumlah positif akurat.

Hal ini mengikis kepercayaan pada pengujian dan, dalam beberapa keadaan, memicu wabah sendiri.

Baca Juga: Airlangga Bantah Pemerintah Batal Beli Vaksin Covid-19 AstraZeneca

Dampak dari positif palsu pengujian virus corona termasuk:

- Isolasi yang tidak perlu

Menurut pedoman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC), orang yang dites positif harus segera mengisolasi diri setidaknya selama 10 hari setelah gejala dimulai (jika mereka mengalami gejala).

Artinya, mereka menghabiskan waktu 10 hari untuk jauh dari teman dan keluarga, dan 10 hari itu potensi produktivitas di sekolah atau tempat kerja mereka hilang.

Ilustrasi. Salah satu pemeriksaan atau tes virus corona Covid-19 di Bogor. [Dok. BBC/EPA]
Ilustrasi. Salah satu pemeriksaan atau tes virus corona Covid-19 di Bogor. [Dok. BBC/EPA]

- Wabah baru

Baca Juga: Satgas Covid-19 Akui Kasus Infeksi Relatif Naik Setiap Libur Panjang

Dalam keadaan tertentu, positif palsu dapat menjadi bibit kasus virus corona jenis baru.

Tempat fasilitas publik yang padat, seperti panti jompo, penjara, atau rumah sakit, dibuat untuk mengisolasi orang-orang positif virus corona.

"Jika seseorang tidak benar-benar positif, kami dapat mengirim mereka ke lubang kematian," kata Valerie Fitzhugh, ahli patologi di Universitas Rutgers di New Jersey.

- Perawatan yang terlewat atau tidak tepat

Orang dengan flu atau Covid-19 sering menunjukkan gejala serupa, tetapi mungkin hanya dites untuk satu gejala pada satu waktu.

Jika pasien diberi diagnosis Covid-19 yang salah, orang tersebut dapat kehilangan perawatan yang dapat meringankan penyakitnya, atau diberi terapi mahal yang justru tidak membantu mempercepat pemulihannya.

Jansen Sitindaon jalani swab test (Twitter/jansen_jsp)
Ilustrasi swab test (Twitter/jansen_jsp)

- Rasa aman yang palsu

Bukti menunjukkan kebanyakan orang yang sudah 'melawan' virus corona mempertahankan tingkat kekebalan.

Para ilmuwan belum tahu sampai kapan kekebalan ini bertahan, tetapi CDC mencatat infeksi ulang tidak mungkin terjadi dalam 90 hari berikutnya. Lalu, orang yang sebenarnya tidak memiliki gejala dalam jangka waktu ini tidak perlu menjalani tes lagi.

Jadi, jika seseorang tidak melakukan pengujian virus corona, maka akan membahayakan kesehatannya dan dapat membahayakan seluruh orang di sekitarnya, kata Catherine O'Neal, spesialis penyakit menular di Louisiana State University.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI