Suara.com - Pemerintah memang sedang gencar-gencarnya mencari vaksin agar bisa segera menyudahi pandemi Covid-19 di Indonesia. Beragam kandidat vaksin Covid-19 sudah dibeli pemerintah Indonesia, mulai dari AstraZeneca, Sinopharm hingga Cansino. Meski, ketiga vaksin di atas masih dalam tahap uji klinis tahap akhir, dan tidak ada satupun yang diuji coba di Indonesia.
Inilah yang membuat Pakar Alergi dan Imunologi Prof. Dr. dr. Iris Rengganis bersama Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI) meminta pemerintah tidak terburu-buru melakukan vaksinasi akhir tahun 2020 seperti target pemerintah.
"Kita terus terang dari organisasi profesi PAPDI, sabar dulu, jangan buru-buru (vaksinasi Covid-19)," ujar Prof. Iris saat dihubungi Suara.com beberapa waktu lalu.
Dibanding langsung membeli kandidat vaksin Covid-19 dari luar, Prof. Iris meminta pemerintah untuk bersabar menunggu hasil uji coba kandidat vaksin kerjasama perusahaan farmasi BUMN RI, Bio Farma dengan farmasi China Sinovac.
Baca Juga: Akhir Januari 2021, Lansia di AS Akan Mendapat Vaksinasi Covid-19
Uji klinis tahap 3 akhir ini sedang dilakukan Fakultas Kedokteran Unpad kepada relawan di Bandung, Jawa Barat.
"Jadi kita sudah sepakat dari PAPDI tunda dulu, sampai tunggu di Bio Farma selesai, walaupun vaksin lain sudah diujicobakan di negara lain, tapi di negara kita, kita ingin tahu dulu bagaimana hasilnya," ungkap Prof Iris.
Berdasarkan prediksi, hasil uji klinis tahap 3 akhir vaksin sinovac kerjasama dengan Bio Farma baru akan usai pada Januari 2021 mendatang, setelahnya baru akan dilihat dan dievaluasi apakah dalam tubuh relawan terbentuk antibodi yang diinginkan dan bertahan berapa lama antibodi tersebut bertahan.
"Tunggu sampai selesai penelitian nanti di Bio Farma, itu laporannya Januari 2021. Jadi kalau bisa kita usulkan jangan tahun ini. Sabar, daripada ada efek samping KIPI," sambung Prof. Iris.
Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) adalah salah satu reaksi yang tidak diinginkan terjadi pada tubuh setelah mendapatkan vaksinasi atau imunisasi. KIPI yang timbul bisa beragam, dari mulai efek ringan hingga alergi parah yang cukup serius.
Baca Juga: BPOM RI Terbang Langsung ke China, Pantau Pembuatan Vaksin Covid-19
Prof. Iris yang juga berpraktik sebagai dokter umum dan dokter spesialis penyakit dalam di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) ini membandingan pembuatan vaksin pada umumnya membutuhkan waktu 5 hingga 6 tahun per satu vaksin, tapi akibat pandemi ini pembuatan vaksin dikebut kurang dari 1 tahun.
"Memang benar ada otorisasi emergency, tapi juga harus ingat keselamatan orang-orang. Ini apalagi kita belum tahu vaksinnya," paparnya.
Meski uji klinis tahap 3 akhir selesai, kata Prof. Iris, tidak serta merta langsung bisa diberikan, ada beragam pertimbangan yang harus dirundingkan.
"Kalau 6 bulan aman, mungkin oke, karena kita bisa berikan. Tapi kita lihat 6 bulan itu antibodinya udah menurun atau belum," terang Prof. Iris.