Dokter: Stunting Bukan Hanya Persoalan Tubuh Anak Pendek

Sabtu, 24 Oktober 2020 | 18:02 WIB
Dokter: Stunting Bukan Hanya Persoalan Tubuh Anak Pendek
Stunting bukan sekadar masalah tinggi badan anak. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Permasalahan stunting yang disebabkan oleh gizi buruk masih menjadi kasus yang menakutkan di dunia, termasuk di Indonesia. Tentu hal ini perlu menjadi perhatian bersama antara pemerintah bersama para orangtua.

Staf Pengajar FK Universitas Tarumanegara, dr Wiyarni Pambudi, SpA, IBCLC, mengatakan bahwa stunting masih banyak terjadi di Indonesia, dengan penyebab paling umum karena kurangnya pemahaman dan peran orangtua.

“Stunting bisa terjadi karena pertama gizi seorang ibu yang kurang terjamin, lalu jarak persalinan kehamilan sangat dekat, hingga kehamilan di usia remaja,” ujar Wiyarni dalam pernyataannya secara virtual di live youtube Ayah ASI Indonesia, Sabtu (24/10/2020).

Tak hanya itu, seorang ibu juga perlu memberikan asupan nutrisi yang baik sejak sebelum hingga ketika sedang hamil. Kemudian ibu juga perlu melakukan pemeriksaan ke dokter untuk memastikan mereka tidak mengalami anemia selama hamil, karena anemia berisiko menyebabkan bayi yang dilahirkan mengalami stunting.

Baca Juga: Kena Gizi Buruk di Masa Pandemi, Bayi Kembar Asal Babel Butuh Bantuan

Lebih lanjut, kata dia, bayi perlu mendapat ASI eksklusif selama enam bulan bersamaan dengan imunisasi dasar lengkap sesuai jadwal, lalu dilanjutkan dengan asupan MPASI atau makanan pendamping ASI yang bergizi.

“Ini untuk memenuhi kuantitas dan kualitas nutrisi pada anak di 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), untuk mencegah terjadinya anak mengalami stunting, yang dampaknya bisa membuat anak akan mengalami penurunan IQ dalam tumbuh kembangnya,” jelasnya.

Untuk menangani dan mencegah terjadi stunting pada anak, ia menyarankan upaya ini dilakukan sejak dini, bahkan sebelum memasuki masa kehamilan.

“Sebaiknya lakukan lebih dini, karena jika dinanti nanti, ketika si anak sudah keluar dari rahim ibu, itu termasuk terlambat. Seharusnya dilakukan saat perencanaan kehamilan dan masa kehamilan,” terang Wiyarni.

Selain itu, ia juga meluruskan anggapan bahwa tubuh pendek pada anak sebagai indikator stunting. Padahal, stunting bukan melulu soal tinggi badan yang tidak tercapai, tapi karena terjadi gagal tumbuh dan gagal berkembang.

Baca Juga: Menurunnya Kualitas SDM sebagai Dampak dari Kemiskinan dan Gizi Buruk

“Faktor tinggi badan memang termasuk, tetapi tidak semua, karena itu juga biasanya faktor genetik. Semua perlu dicegah dan peran orangtua sangat penting untuk tumbuh kembang anak,” pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI