Penelitian Temukan Kekebalan dari Virus Corona Bisa Bertahan Sebulan

Sabtu, 24 Oktober 2020 | 15:00 WIB
Penelitian Temukan Kekebalan dari Virus Corona Bisa Bertahan Sebulan
Ilustrasi virus corona, covid-19. (Pexels/@cottonbro)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penelitian dalam Journal of Infectious Diseases menunjukkan Dr Stephen Smith dan tim penelitiannya telah menciptakan cara baru untuk mengidentifikasi kekebalan tubuh terhadap virus corona Covid-19.

Ketika seseorang terinfeksi virus corona Covid-19, lonjakan protein virus akan mengikat protein ACE2 di permukaan sel manusia.

Hal ini bisa menyebabkan seseorang menjadi pembawa penyakit atau jatuh sakit (terinfeksi). Gejala umumnya berupa batuk terus-menerus, demam tinggi, kehilangan perubahan indra penciuman dan perasa.

Jika seseorang menjadi kebal terhadap virus corona Covid-19, antibodi penetral akan menghalangi lonjakan protein virus agar tidak mengikat protein ACE2.

Baca Juga: Ilmuwan Oxford Buat Alat Tes Virus Corona Canggih, Hasilnya Hanya 5 Menit!

Proses ini diduga berkontribusi pada terbentuknya kekebalan virus corona Covid-19 pada orang yang sudah sembuh.

Ilustrasi Virus Corona (Unsplash/CDC)
Ilustrasi Virus Corona (Unsplash/CDC)

Dr Smith menciptakan cara inovatif untuk menguji kekebalan, menggunakan teknik yang disebut imunopresipitasi yang dideteksi oleh flow cytometry (IP-FCM).

Metode ini memungkinkan observasi interaksi antar protein. Dr Smith menggunakan protein buatan laboratorium yang bisa mengungkapkan adanya kekebalan hanya dalam semalam.

"Tes lain tentang kekebalan bekerja dengan mengambil antibodi dari darah dan mencampurkannya dengan virus. Kemudian, mereka memaparkan campuran itu ke sel hidup," kata Dr Smith dikutip dari Express.

Pada tiga hari kemudian, para ahli baru bisa menentukan kekebalan pasien berdasarkan darah mampu mencegah virus yang menginfeksi sel atau tidak.

Baca Juga: Inggris Membuat Tes Air Liur untuk Deteksi Virus Corona Hanya 15 Menit!

Sedangkan, tes kekebalan yang dikembangkan oleh Dr Smith dan rekannya ini bisa memberikan hasil salam hanya dalam semalam.

Hal ini menunjukkan bahwa alat diagnostik yang baru dikembangkan bisa memiliki berbagai aplikasi komersial.

Guna menjalankan studi tentang kekebalan ini, Dr Frenkle dan Dr Harrington dari cabang Penelitian Penyakit Menular Global melibatkan 24 orang yang tertular virus corona.

Para peserta tidak pernah dirawat di rumah sakit karena penyakit tersebut dan berhasil pulih dengan gejala ringan hingga sedang.

Melalui IP-FCM, peneliti menemukan bahwa 92 persen dari mereka telah mengembangkan antibodi virus corona. Kekebalan mereka rata-rata masih terlihat utuh sebulan setelah infeksi virus corona.

Dr Smith mengatakan para peserta tidak hanya emmiliki antibodi, tetapi juga antibodinya efektif menetralkan ikatan antara lonjakan protein virus dan reseptor sel.

"Temuan ini sama dengan penelitian lain dari tes berbasis sel yang menunjukkan bahwa orang dengan virus corona Covid-19 memang membuat antibodi penetral," jelas Dr Smith.

Menurutnya, tes kekebalan ini sangat penting untuk melihat kondisi seseorang dalam jangka waktu lama. Terutama melihat kemungkinan mereka terinfeksi ulang atau tidak.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI