Suara.com - Jumlah kematian warga Korea Selatan (Korsel) akibat vaksin flu terus bertambah. Kabar terbaru, korban meninggal dalam sehari bertambah 20 kasus, sehingga total berjumlah 30 orang meninggal dunia.
Peristiwa nahas ini sangat mengkhawatirkan, dan menimbulkan keresahan terkait keamanan vaksin flu yang juga beredar di Indonesia. Akankah mengalami peristiwa serupa?
Diketahui, Korea Selatan menjalankan program vaksinasi gratis kepada 19 juga penduduknya menyambut musim dingin, di mana saat itu virus flu bisa menyebabkan komplikasi berat.
Pakar alergi dan imunologi Prof. Dr. dr. Iris Rengganis mengatakan sejauh ini vaksin flu yang ada dan beredar di Indonesia terbilang aman. Ia tidak berani mengomentari vaksin di Korea Selatan lebih jauh karena belum tahu merek vaksin yang beredar.
Baca Juga: Otoritas Korea Selatan Sebut 5 Orang Meninggal Belum Tentu Terkait Vaksin
"Kalau di Indonesia, sampai sejauh ini aman, tapi saya tidak berani menggubris lebih jauh kasus yang di Korea Selatan karena tidak tahu mereknya," ujar Prof. Iris saat dihubungi suara.com, Jumat (23/10/2020).
Merek vaksin yang diberikan dalam program vaksinasi di Korea Selatan menjadi penting, karena otoritas dan pihak terkait di Indonesia bisa mengambil tindakan. Entah itu menangguhkan atau menarik produk vaksin dari pasaran.
Prof. Iris yang berpraktik sebagai dokter umum dan dokter spesialis penyakit dalam di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) mengatakan, apabila merek yang digunakan sama dengan yang ada di Indonesia, langkah selanjutnya yang harus diambil adalah memeriksa lot number atau batch number, yang merupakan nomor identitas vaksin yang tertera pada kemasan. Nomor batch ini menunjukkan kandungan hingga waktu pembuatan vaksin yang sama.
"Jadi di dus vaksin ada kodenya. Jadi kalau batch numbernya sama (dengan Korea Selatan), maka vaksin itu dibuat di saat yang sama, itu jangan dipakai lagi. Takutnya ada kontaminasi atau salah penyimpanan atau seperti apa," terang Prof. Iris.
Sayangnya, hingga saat ini pihak Korea Selatan belum membuka merek vaksin yang digunakan.
Baca Juga: Lima Orang di Korea Selatan Meninggal Dunia setelah Disuntik Vaksin Flu
Sebanyak lima produsen vaksin flu terlibat dalam program vaksinasi di Korea Selatan, di antaranya GC Pharma, Ilyang Pharmaceutical C, SK Bioscience, Sanofi asal Prancis, dan Glaxosmithkline asal Inggris.
Sedangkan di Indonesia, Prof. Iris menyebut ada 3 merek vaksin yang beredar dan paling banyak digunakan di Indonesia. Pertama, vaksin flu buatan produsen lokal dalam negeri Bio Farma dengan merek Flubio, serta dua vaksin lainnya berasal dari Sanofi perusahaan farmasi asal Prancis dengan merek Fluquadri (vaksin influenza quadrivalent) dan Vaxigrip (vaksin influenza trivalent).
"Ada 3 vaksin flu di Indonesia, Flubio dari Bio Farma, di sana (Korea Selatan) pasti nggak pakai Flubio. Kalau di Sanofi, kita nggak tahu karena Sanofi beredar di seluruh dunia," ungkapnya.
"Yang kita banyak pakai (vaksin flu) yang Flubio dari Bio Farma dan Fluquadri dari Sanofi yang banyak yang kita pakai," lanjutnya.
Lebih lanjut, jika terbukti ada batch number atau lot number dari merek yang sama beredar di Indonesia, menurut Prof. Iris, sudah seharusnya produk vaksin itu ditarik dari peredaran dan tidak digunakan, sampai penyebab kematian penerima vaksin benar-benar diketahui dan diatasi.
"Kalau batch number dan mereknya sama, sebaiknya ditarik. Karena kalau menyebabkan KIPI, harus tahu merknya apa, dan batch numbernya, karena saat itu pembuatannya yang sama," katanya.
KIPI sendiri adalah Kejadian Ikutan Oasca Imunisasi, berupa reaksi tidak diinginkan yang timbul di tubuh pasien setelah pemberian vaksin. KIPI bisa berupa efek samping ringan hingga gejala serius, seperti alergi pada kandungan vaksin.