Suara.com - Setelah dinyatakan sembuh dari Covid-19, bukan berarti Anda terbebas sepenuhnya dari virus corona dan masalah kesehatan lainnya. Anda harus waspada terhadap post Covid-19 syndrome, yakni dampak sisa dari sakit Covid-19.
Spesialis rehab medik dr. Kevin Triangto, Sp.KFR mengatakan dari beragam gejala post Covid-19 syndrome, gejala yang paling sering terjadi adalah kelelahan. Bukan kelelahan biasa, tapi perbedaanya sangat terasa dari sebelum sakit dan setelahnya. Misalnya, jika sebelumnya seseorang kuat bekerja rutin di depan layar komputer hingga 8 jam, namun kini 4 jam sudah sangat melelahkan dan kondisi fisik akan menurun drastis.
"Karena paling sering dikeluhkan sama semua orang, kalau di luar negeri, banyak yang merasakan itu atlet. Jadi mereka sangat sehat, tapi habis itu mereka nggak bisa latihan atau berolahraga, maupun pekerjaan mereka sebelumnya. (Kelelahan) ini kurang lebih dialami 40 persen (dari semua gejala post Covid-19 syndrome)," ujar dr. Kevin saat dihubungi suara.com, Rabu (21/10/2020).
Mereka yang mengalami post Covid-19 syndrome ini, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), 26 persennya berusia 18 hingga 34 tahun, yang merupakan usia produktif. Ini artinya kelelahan bisa sangat berdampak pada produktivitas mereka.
Baca Juga: Dunia Sedang Uji Coba Vaksin COVID-19 Tahap 3, Siapa Terdepan?
Lalu, apa yang harus dilakukan oleh mereka yang memiliki post Covid-19 syndrome? Menurut dokter yang pernah meraih penghargaan Best Poster ASEAN Stroke Trainee Award di Singapura itu, ia meminta pasien untuk lebih dulu mencaritahu penyebab kelelahannya atau sampai di batas mana ia akan merasakan lelah.
"Misalnya naik tangga membuat lelah. Pertanyaan selanjutnya, naik tangga berapa langkah yang membuat Anda lelah? Ini yang harus dikenali dulu oleh pasien. Kalau saya naik tangga 10 langkah maka saya akan merasa lelah, jadi bagaimana biar saya nggak capek," ungkap dr. Kevin.
Setelahnya, dokter akan memberikan latihan dan kiat agar lelah ini tidak mudah timbul, seperti tidak boleh menarik napas atau menahan napas saat menginjak anak tangga, karena akan terasa berat dan melelahkan.
"Kita akan menyesuaikan berikan latihan, atau misalnya sebelum naik tangga tarik napas dulu, jangan pas capek. Ketika narik napas, pas naik tangganya harus sambil buang napas. Jadinya nggak boleh tarik napas pas lagi melakuan beban berat," terang dr. Kevin. Termasuk juga jika mudah lelah saat menatap layar, baiknya beri jeda 5 menit sekali setiap 20 menit setelah menatap layar, agar lelah berkurang.
Sementara itu, meski dr. Kevin bukanlah dokter gizi, dokter lulusan Ilmu Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) ini tetap meminta mereka yang mengalami post Covid-19 syndrome untuk mengonsumsi gizi seimbang. Tapi lagi-lagi, rekomendasinya harus berdasarkan kondisi tubuh, khususnya mereka yang menderita penyakit komorbid seperti jantung, diabetes atau hipertensi.
Baca Juga: Selain Wanita, Lansia dan Pasien Asma Juga Berisiko Alami Long Covid-19
"Misalnya makan banyak karbohidratnya, tapi kan kalau misalnya pasien kena Covid-19 dia ada komorbid lain, ada darah tinggi, hipertensi jadi butuh penyesuaian, konsultasikan ke dokter gizi," pungkas dr. Kevin.