3 Penelitian Buktikan Obat Rheumatoid Arthritis Tak Bisa Lawan Virus Corona

Kamis, 22 Oktober 2020 | 14:27 WIB
3 Penelitian Buktikan Obat Rheumatoid Arthritis Tak Bisa Lawan Virus Corona
Ilustrasi obat Benadryl (Pexels)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tocilizumab merupakan obat rheumatoid arthritis yang disebut bisa digunakan untuk membantu pengobatan pasien virus corona Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.

Tapi, hasil 3 uji coba penelitian menunjukkan umumnya obat ini tidak meningkatkan peluang pasien untuk bertahan hidup atau membantu mereka sembuh lebih cepat.

Sedangkan, uji coba keempat menemukan bahwa obat itu meningkatkan kemungkinan bertahan hidup. Sayangnya, hasil studi observasi ini dianggap kurang pasti.

Hasil tiga uji coba obat rheumatoid arthritis ini diterbitkan dalam Journal of American Medical Association dan New England Journal of Medicine.

Baca Juga: Lawan Gejala Covid-19 Panjang, Ahli Sarankan Konsumsi Suplemen Ini!

Meskipun hasil uji coba ini bertujuan memberikan gambaran mengenai penggunaan obat rheumatoid arthritis pada pasien virus corona Covid-19.

Ilustrasi virus corona, covid-19. (Pexels/@Anna Nandhu Kumar)
Ilustrasi virus corona, covid-19. (Pexels/@Anna Nandhu Kumar)

Tapi, obat itu bukanlah senjata terampuh yang harus digunakan pada semua pasien virus corona di rumah sakit. Karena, obat itu juga bisa membiarkan peluang infeksi virus tetap terbuka pada beberapa pasien.

"Ada kemungkinan bahwa hasil yang akan datang dari uji coba acak lainnya akan membantu kami mengidentifikasi kelompok tertentu yang bisa mendapatkan manfaatnya," kata Dr Jonathan Parr dikutip dari CNN.

Parr, asisten profesor di divisi penyakit menular di University of North Carolina di Chapel Hill bukti yang berkembang mendukung pendoman ini dan merekomendasikan untuk tidak memberikan obat rheumatoid arthritis pada pasien virus corona.

Sebelumnya, obat ini menjadi lebih banyak digunakan di Amerika Serikat, China dan Eropa untuk membantu pasien virus corona yang sakit parah.

Baca Juga: Jumlah Sembuh Bertambah, Pasien COVID-19 Tangsel Diberi Obat Malaria

Obat ini digunakan pada pasien yang mengalami badai sitokin dengan memadamkan peradangan tak terkendali dan berkembang sebagai respons dari virus corona Covid-19.

Tapi, sekarang hasil dari uji coba yang dirancang untuk melihat obat secara prospektif mulai muncul. Tiga studi JAMA menemukan pasien rawat inap Italia yang tidak menjalani perawatan intensif dan menerima obat ini tidak jauh lebih baik.

Sebuah studi serupa di Prancis menemukan bahwa tocilizumab mungkin telah menyebabkan sedikit perbaikan pada hari ke-14 dibandingkan perawatan biasa, tetapi tidak ada perbedaan dalam kelangsungan hidup pada hari ke-28.

Studi ketiga menemukan bahwa risiko kematian di rumah sakit, sekitar 30 persen lebih rendah pada pasien AS yang menerima obat rheumatoid arthritis dalam 2 hari pertama masuk ICU dibandingkan mereka yang tidak mendapatkannya.

Tapi, mungkin ada faktor lain yang memengaruhi hasil selain seberapa baik obat itu bekerja karena hasil uji coba observasinya.

Dr. Shruti Gupta dari Brigham dan Rumah Sakit Wanita di Boston telah mempelajari pemberian obat tocilizumab pada pasien yang sakit parah secara khusus. Ia juga turut mempelajari pasien dengan tingkat keparahan penyakit yang jauh lebih ringan.

"Kami fokus pada penggunaan awal obat rheumatoid arthritis ini dalam 2 hari pertama masuk ICU. Karena itu obat ini diduga bisa mencegah terjadinya kerusakan organ lainnya," kata Dr David Leaf, penulis senior uji coba klinis ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI