Suara.com - Menjadi baik, mengiyakan segala yang diinstruksikan, menghindari kesalahan hingga kritik malah bisa tak membahagiakan. Beberapa ciri tersebut dalam psikologi sering kali disebut dengan good girl syndrome.
Pada dasarnya, good girl syndrome muncul sebagai hasil dari didikan yang menuntut Anda menjadi orang baik. Menurut Hello Sehat, tuntutan menjadi baik bagi orang lain dan sekitarnya memang diperlukan, namun good girl syndrome membuat seseorang menggantungkan harga dirinya pada kebahagiaan orang lain.
Good girl syndrome juga membuat seseorang memendam emosi dan keinginan diri sendiri demi kepentingan orang lain. Hal ini disebabkan karena mereka dituntut untuk menyesuaikan diri dan bermain aman demi menghindari kritikan, konflik, kesalahan, hingga penolakan.
Melansir dari Hello Sehat, berikut beberapa ciri good girl syndrome, antara lain:
Baca Juga: Kemenkes: Stigma Negatif Bisa Pengaruhi Masa Depan ODGJ
- Merasa harus perfeksionis dan dituntut untuk selalu berprestasi
- Takut membuat orang lain kesal
- Bangga pada diri sendiri usai bantu orang lain meski merasa tertekan
- Sulit mengatakan tidak pada ajakan orang
- Terlalu terikat pada rutinitas
- Menaati aturan dan menghindari konflik
- Mudah cemas ketika ada perubahan
Masalah good girl syndrom ini nyatanya bisa berdampak buruk pada kesehatan mental. Bahkan menurut Hello Sehat, kondisi ini bisa jadi penghalang apa yang Anda impikan karena terlalu khawatir dalam mengambil keputusan.
"Menjadi orang baik memang bagus, kecuali bila Anda terpaksa berubah demi orang lain. Alih-alih memberikan kebahagiaan, sikap ini malah akan membuat Anda mengalami burnout," catat Hello Sehat.
Burnout sendiri merupakan tanda orang yang stres yang memengaruhi fisik dan juga emosional. Burnout terjadi karena merasa kewalahan dengan perintah atau rasa tuntutan yang terus berdatangan tapi sulit untuk terus memenuhinya.