Kemenkes: Stigma Negatif Bisa Pengaruhi Masa Depan ODGJ

Risna Halidi Suara.Com
Senin, 19 Oktober 2020 | 11:37 WIB
Kemenkes: Stigma Negatif Bisa Pengaruhi Masa Depan ODGJ
Salah satu ODGJ yang terlihat mendatangi sebuah kantor di Bantul, Selasa (6/10/2020). [Hiskia Andika Weadcaksana / SuaraJogja.id]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Tidak sedikit orang dengan masalah gangguan jiwa atau ODGJ dibiarkan berkeliaran di jalanan atau bahkan dipasung di dalam sebuah ruangan sendirian. 

Hal tersebut terjadi lantaran besarnya stigma dan diskriminasi yang berkembang di masyarakat. Tak hanya ODGJ saja yang mendapat stigma, keluarga ODGJ juga bisa dikucilkan oleh lingkungan sekitar.

"Ini adalah masalah yang sampai saat ini masih menjadi tantangan bagi kita, bagaimana masyarakat bisa mensejajarkan bahwa gangguan jiwa itu sama dengan penyakit yang lain," kata Direktur Pencegahan dan Pengendalian Masalah Kesehatan Jiwa dan NAPZA Kementerian Kesehatan RI, Dr. Siti Khalimah, Sp. Kj., M.A.R.S. dikutip Suara.com dari Antara, Senin (19/10/2020).

Di sisi lain, melaporkan atau membawa ODGJ ke fasilitas kesehatan juga seperti pisau bermata dua. Meski sembuh, embel-embel "pasien RSJ" biasanya akan melekat selamanya, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada masa depan penyintas.

Baca Juga: Komunitas Sioux: Penyelamat Ular dari Stigma Jahat

Dalam pergaulan sehari-hari, penyintas akan kesulitan kembali ke lingkungan sosial karena stigma bisa kambuh maslaah gangguan jiwanya.

Ketidakmampuan tidak bisa berkomunikasi dengan baik atau malu akan masa lalunya, juga menjadi penyebab penyintas sulit kembali berada di tengah masyarakat.

"Ada stigma bahwa ODGJ itu gak bisa sembuh dan segala macam, padahal kalau di luar negeri bisa di atasi dengan perawatan yang baik," ujar Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementerian PPN/Bappenas, Pungkas Bahjuri Ali, STP, MS, Ph.D.

Belum lagi minimnya akses pelayanan kesehatan untuk menangani gangguan jiwa di Indonesia yang masih jauh dari cukup dan belum merata.

Sementara negara tetangga Thailand telah memiliki Community Health Center yang sudah berada di tingkat seperti Puskesmas. Meski ada, layanan serupa belum merata di seluruh Puskesmas di Indonesia atau hanya ada sekira 34 persen saja.

Baca Juga: Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental di Masa Pandemi Covid-19

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI