Suara.com - Stres memang tidak secara langsung menyebabkan serangan jantung. Namun, stres nyatanya bisa memengaruhi kesehatan jantung.
Melansir dari Insider, stres kronis dapat menyebabkan tekanan darah tinggi atau hipertensi yang bisa menjadi faktor risiko utama serangan jantung.
Menurut sebuah studi yang diterbitkan pada Current Hypertension Reports, stres kronis berkontribusi pada perkembangan hipertensi. Sementara 70 persen orang yang mengalami serangan jantung sebelumya menderita hipertensi.
Tak hanya itu, stres yang berkepanjangan juga dapat berdampak negatif pada kesehatan jantung secara keseluruhan. Sebagai contoh, stres karena gangguan kecemasan sering kali dikaitkan dengan penyakit arteri koroner, gagal jantung, dan gangguan irama jantung seperti takikardia.
Baca Juga: Covid-19 Memperparah Sakit Jantung Tanpa Menginfeksi, Kok Bisa?
Dampak stres pada jantung paling parah adalah menyebabkan takotsubo cardiomyopathy. Kondisi ini sering kali dikenal dengan sindrom patah hati.
"Sindrom patah hati terasa seperti serangan jantung dengan gejala termasuk nyeri dada dan sesak napas, tetapi ini adalah kondisi yang berbeda sama sekali," kata Lauren Gilstrap, MD, ahli jantung di Dartmouth Hitchcock Medical Center.
Gejala tersebut muncul tiba-tiba dan dipicu oleh peristiwa emosional yang menegangkan seperti kematian mendadak orang yang dicintai dan lain sebagainya.
Bedanya, serangan jantung terjadi ketika arteri ke jantung tersumbat, sementara sindrom patah hati tidak memiliki penyumbatan yang mendasari. Penyebab pastinya tidak diketahui, tetapi diperkirakan terkait dengan lonjakan hormon yang tiba-tiba dari respons melawan tubuh.
"Sindrom patah hati adalah fenomena yang secara fundamental berbeda dari serangan jantung," kata Gilstrap.
Baca Juga: Akses Penyakit Jantung Sulit saat Pandemi Covid-19, Ini yang Dilakukan RS
"Arteri benar-benar baik-baik saja dan suplai darah benar-benar normal, tapi tiba-tiba jantung tidak berdesakan," tambahnya.
Sindrom patah hati paling sering terjadi pada perempuan berusia 58 hingga 75 tahun. Satu penelitian menemukan bahwa perempuan mengalami tingkat stres emosional yang lebih tinggi.
Sekitar 5 persen perempuan yang mengira mereka mengalami serangan jantung sebenarnya mengalami kardiomiopati yang dipicu oleh stres. Namun, serangan jantung sebenarnya lebih umum daripada sindrom patah hati.