Suara.com - Ilmuwan, melalui studi mereka, mengatakan penyakit penyerta, seperti diabetes, hipertensi, dan masalah ginjal, dapat meningkatkan risiko komplikasi pada pasien Covid-19.
Tapi sebuah penelitian terbaru justru membuat kebingungan. Sebab, kondisi yang sudah ada sejak lahir yaitu cacat jantung bawaan justru berisiko lebih rendah membuat pasien Covid-19 mengembangkan gejala sedang atau parah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap lebih dari 7.000 pasien virus corona dari Maret hingga Juni menunjukkan sebagian besar penderita cacat jantung bawaan (80 persen) mengalami gejala ringan.
Sedangkan mereka yang mengalami gejala sedang hingga berat hanya 9 persen, dan tiga persen diketahui meninggal, lapor The Health Site.
Baca Juga: Punya Riwayat Perjalanan, Kulon Progo Tambah 5 Pasien Positif Covid-19
Peneliti dari Columbia University Vagelos College of Physicians and Surgeons di New York menemukan hanya sedikit penderita cacat jantung bawaan yang perlu dirawat inap di rumah sakit. Hasil pasien pun relatif baik.
Hanya 53 pasien cacat jantung bawaan (43 dewasa dan 10 anak-anak) yang memeriksakan dirinya ke dokter dengan gejala infeksi virus corona.
Penelitian yang terbit dalam jurnal JAHA ini membuktikan bahwa cacat jantung bawaan tidak memengaruhi tingkat keparahan gejala.
Menurut mereka, penyakit jantung bawaan saja tidak cukup untuk meningkatkan risiko gejala Covid-19 parah, meski sampel yang diambil kecil.
Tapi, ilmuwan lain masih sangsi dengan hasil ini. Mereka berhipotesis bahwa pasien dalam studi ini mungkin sangat mengikuti protokol kesehatan diabndingkan populasi umum.
Baca Juga: Pelni Optimis Bisa Cetak Laba Meski Dihantam Pandemi Covid-19