Suara.com - Kabar pebalap MotoGP Valentino Rossi yang positif Covid-19 mengagetkan dunia, setelah sebelumnya atlet lain seperti Cristiano Ronaldo hingga Zlatan Ibrahimovic mengalaminya.
Muncul pertanyaan, apakah atlet lebih rentan terinfeksi virus Corona?
Atlet memang dikenal sebagai orang yang kerap berolahraga dengan intensitas tinggi. Nah alih-alih menguatkan, olahraga dengan intensitas tinggi menurut penelitian justru berisiko menurunkan kekebalan tubuh.
Mengutip Verywell Fit, Sabtu (17/10/2020) sebuah penelitian yang dilakukan Simpson RJ, Campbell JP, Gleeson M, dan rekan-rekannya baru-baru ini yang diterbitkan Exercise Immunology Review, menyebut jika risiko terinfeksi penyakit lebih tinggi dialami para atlet berperforma tinggi, saat berlatih untuk turnamen olahraga besar.
Baca Juga: Kena Covid-19 Bareng Cristiano Ronaldo, Valentino Rossi Malah Ngelawak
"Ada kesimpulan bahwa olahraga intensitas sedang yang dilakukan paling lama 45 menit, dan dilakukan secara teratur bermanfaat meningkatkan kekebalan tubuh, khususnya pada orang dewasa tua dan orang dengan penyakit kronis," tulis penelitian itu.
Dalam penelitian ini menyebut, olahraga berat yang dilakukan para atlet atau personil militer cenderung melampaui rekomendasi aktivitas fisik standar, dan bisa menekan kekebalan tubuh yang berarti berisiko terinfeksi penyakit.
Sementara itu terlepas dari faktor lain seperti kecemasan, gangguan tidur, kekurangan nutrisi dan lingkungan ekstrem yang bisa menurunkan kekebalan tubuh.
Penelitian yang menyebut olahraga bsia menurunkan kekebalan tubuh dan berisiko terinfeksi penyakit ditentang cukup banyak pakar.
Dalam riset lain menyebutkan berolahraga lebih dari 90 menit dengan intensitas tinggi bisa membuat atlet mudah terserang penyakit dalam kurun waktu 72 jam setelah berlatih.
Baca Juga: Kena COVID-19, Valentino Rossi Sebut Nama Ronaldo dan Ibrahimovic
Ini karena selama aktivitas fisik yang intens tubuh memproduksi hormon tertentu yang menurunkan kekebalan tubuh sementara.
Sebagai contoh ada kasus berulang pelari maraton mengalami keparahan penyakit yang berat daripada biasanya, sesaat sebelum turnamen balap lari berlangsung.
Meski beberapa ilmuwan mengatakan, jika data tersebut ditafsirkan secara keliru, yang justru menilai perubahan sel yang dituduh merusak kekebalan, justru salah satu tanda meningkatnya kekebalan tubuh.