Studi: Gejala Baru Pasien Covid-19 Bisa Tidur 20 Jam

Sabtu, 17 Oktober 2020 | 07:55 WIB
Studi: Gejala Baru Pasien Covid-19 Bisa  Tidur 20 Jam
Ilustrasi tidur. (Pexels)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Gejala Covid-19 biasanya akan membuat pasien mengalami sesak nafas. Namun, baru-baru ini seorang pria di Inggris dilaporkan mengalami gejala bisa tertidur dari biasanya dalam waktu 20 jam, bahkan di posisi duduk bukan berbaring.

Sebuah studi baru kemudian diterbitkan dalam British Journal of General Practice (BJGP Open). Keluarga pasien lalu diwawancara oleh peneliti dan meminta izin untuk diperbolehkan membagikan pengalaman mereka ke publik.

Istri dari pasien yang berusia 67 tahun itu mengatakan hal ini terjadi sejak bulan Maret lalu bahwa suaminya tersebut telah mengalami gejala virus Corona sampai sekarang.

“Dia masih tidur sekarang, lima setengah bulan setelah itu, dia banyak tertidur dengan cara duduk, dia tidak berbaring. Dia seperti terlihat kelelahan total,” ujarnya seperti dikutip dalam laman Express, Jumat (16/10/2020).

Baca Juga: Masih Suasana Pandemi, Penjualan Daihatsu Naik di September 2020

Ilustrasi virus corona, covid-19. (Pexels/@cottonbro)
Ilustrasi virus corona, covid-19. (Pexels/@cottonbro)

Sementara, pasien lainnya wanita berusia 50 tahun, yang juga tertular Covid-19 sejak Maret, mengatakan dia awalnya mengira dia telah pulih setelah sekitar 15 hari, sampai kelelahan melanda.

“Rasanya seperti saya baru saja ditabrak. Anda tahu saya merasakan, gravitasi terasa seperti memberi tambahan pada anggota tubuh saya. Dan sepertinya saya seperti tidak bisa melakukan apa-apa,” kata dia.

Selain itu, seorang wanita berusia 34 tahun mengatakan kepada peneliti bahwa ia merasakan gejala yang sama. Sedangkan, pasien lainnya menyuarakan keprihatinan tentang tidak pernah sembuh dari penyakit tersebut.

“Kami tahu ini penyakit baru. Tetapi mau sampai kapan. Mungkin saya tidak akan mati sekarang, tapi yang pasti saya tidak akan pernah menjadi lebih baik terhadap perasaan seperti ini,” tegasnya.

Jurnal yang diterbitkan di BJGP itu menampilkan analisis dari 24 wawancara terhadap pasien Covid-19. Namun, penelitian yang dipimpin oleh Keele University menemukan bahwa penelitian perlu dilakukan lebih lanjut untuk menginformasikan serta meningkatkan perawatan pasien.

Baca Juga: Tak Perlu Panik, Ini Cara Bedakan Demam Tifus dengan Akibat Infeksi Virus

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI