Indonesia Peringkat Pertama Covid-19 di ASEAN, IDI: Bukan Kondisi Buruk

Jum'at, 16 Oktober 2020 | 17:44 WIB
Indonesia Peringkat Pertama Covid-19 di ASEAN, IDI: Bukan Kondisi Buruk
Virus Corona Covid-19. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Indonesia menjadi negara dengan jumlah kasus Covid-19 terbanyak di ASEAN, lebih banyak dari Filipina yang sebelumnya bertengger di urutan pertama.

Situs Worldometers, Jumat (16/10/2020) pukul 16.00 WIB menginformasikan Indonesia membukukan sebanyak 353.461 kasus, lebih banyak 1.711 kasus dibanding Filipina yang melaporkan 351.75 kasus.

Melihat ini, Ketua Satgas Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. Dr. Zubairi Djoerban, Sp.PD-KHOM berpendapat banyaknya jumlah kasus bukanlah gambaran buruknya kondisi pandemi Covid-19 di Indonesia.

Menurut dokter spesialis penyakit dalam di RS Kramat 128, Jakarta Pusat itu, kondisi pandemi Covid-19 memburuk jika pertambahan kasus dalam seminggu terakhir meningkat.

Baca Juga: Maruf Amin: Vaksin Covid-19 Belum Halal Boleh Digunakan, Tapi...

"Jadi jumlah kasus tidak mengambarkan buruknya kondisi, namun yang memburuknya kondisi kalau persentase yang positif terakhir seminggu terakhir meningkat," ujar Prof. Zubairi saat dihubungi Suara.com, Jumat (16/10/2020).

Ia menjelaskan, cara membaca kasus penyakit saat pandemi meningkat atau menurun, bukan dengan melihat jumlah kasus baru, tapi melihat presentase kasus baru dalam seminggu terakhir.

Presentase kasus adalah jumlah kasus baru dibagi jumlah total keseluruhan kasus Covid-19 dikalikan 100 persen.

Bebeberapa waktu lalu kasus Indonesia seminggu terakhir sempat turun, tapi kembali melonjak hingga 20 persen. Setelah itu kasus kembali menurun, hingga saat ini.

Prof. Zubairi masih mengingat, waktu itu rata-rata kasus baru dalam sepekan di DKI Jakarta sudah di bawah 12 persen, dan secara nasional di Indonesia rata-rata sudah 14 persen, lalu jadi melonjak di atas 20 persen.

Baca Juga: Sudah Diizinkan Buka, Bioskop di Balikpapan Belum Berani Beroperasi

"Rata-ratanya kasus baru sudah pernah mencapai 20 persen. Sekarang tepatnya rata-rata Indonesia 12 persen, DKI Jakarta 10,9 persen," terangnya.

Meskipun angka penurunan ini masih jauh dari target menekan kasus Covid-19 baru hingga 5 persen.

Lalu, mengapa jumlah kasus baru yang ditemukan semakin meningkat?

Prof. Zubairi mengatakan  kondisi tersebut tidak lepas dari tes Covid-19 yang dilakukan semakin banyak, dibanding sebelumnya. Rata-rata tes PCR untuk Covid-19 yang dilakukan pemerintah berkisar 30.000 hingga 40.000 tes per hari.

"Saya harapkan sih kalau bisa 50.000 tes per hari akan segera ketemu banyak banget. Akan segera ketemu 500 ribu total kasus tetapi karena ketemu lalu dikarantina, maka penularan berhenti," terangnya.

Maka solusi terbaik mengendalikan pandemi, selain penerapan protokol kesehatan, pemerintah lebih massif lagi melakukan tes Covid-19.

Jika sebelumnya menargetkan 30.000 tes PCR, ia mengusulkan tes dinaikkan menjadi 50.000 tes sehari, bahkan jika mumpuni 100.000 tes PCR sehari akan sangat luar biasa.

"Usul kalau bisa presiden naikkan targetnya 50.000 tes PCR, nanti akan ketemu sekitar 500 ribu hingga 600 ribu kasus, tetapi setelah itu penularan tidak cepat lagi," tutupnya.

Di sisi lain, tidak hanya jumlah kasus Covid-19 yang melebihi Filipina, jumlah kematian Indonesia juga melebihi Filipina. Sudah 12.347 orang meninggal di Indonesia, lebih banyak 5.816 kematian dibanding Filipina sebanyak 6.531 orang meninggal dunia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI