Suara.com - Meski banyak peneliti yang kini tengah berlomba untuk menemukan vaksin Covid-19, namun masih belum ada yang benar-benar terbukti efektif untuk mencegah virus tersebut.
Oleh sebab itu, Ketua Koordinator Tim Relawan Penanganan Covid-19, dr Muhammad Fajri Adda'i kembali menekankan pentingnya untuk menjaga protokol kesehatan, selagi menunggu hadirnya vaksin Covid-19 yang efektif.
"Vaksin terbaik saat ini tuh protokol kesehatan, pakai masker, jaga jarak, dan lain-lain," kata Fajri dalam webinar bertajuk “Jibaku Tenaga Kesehatan & Satgas Tangani Covid-19 di Lapangan”, Jumat, (16/10/2020).
Menanggapi hal tersebut, aktris yang juga relawan lintas budaya Penanganan Covid-19 Olivia Zalianty mengatakan bahwa protokol kesehatan untuk mencegah Covid-19 sebenarnya berasal dari kearifan lokal yang telah diajarkan oleh orangtua terdahulu.
Baca Juga: Update 16 Oktober: Tambah 4.301, Kasus Corona Indonesia Jadi 353.461 Orang
"Orangtua jaman dulu selalu wanti-wanti itu selalu buka sepatu depan rumah karena sepatu itu kan kotor, jadi masuk rumah harus dicuci terlebih dahulu," kata Olivia dalam kesempatan yang sama.
Bahkan, Olivia mengungkapkan bahwa pada rumah orang Jawa zaman dahulu menyediakan gentong sebelum masuk ke rumah. Sehingga, setiap orang yang masuk ke rumah mesti mandi dan membersihkan diri terlebih dahulu.
"Jadi memang kita sepatutnya diingatkan dengan kejadian ini untuk lebih arif lagi mungkin tradisi leluhur yang sudah kita tinggalkan misal cuci tangan atau mandi mungkin kita bandel udah lupa," ujar dia.
Sebelumnya, dr Fajri Addai mengungkapkan bahwa untuk saat ini sebaiknya untuk tidak terlalu bergantung pada ketersediaan vaksin Covid-19.
"Pertama belum ada vaksin yang terbukti hingga saat ini, yang kedua pengembangan vaksin membutuhkan waktu 15-20 tahun, dan karena teknologi dan kebutuhan jadi dipercepat,"
Baca Juga: Efek Pandemi, Mobil Ini Digunakan untuk Angkut Penumpang Super Berisik
Fajri menjelaskan, bahwa di sejumlah negara tertentu ada beberapa vaksin yang telah diberikan untuk untuk penggunaan darurat. Namun, Fajri sekali lagi menggaris bawahi bahwa masih belum ada vaksin yang benar-benar efektif.
"Jadi hanya terbatas saja. Karena belum terbukti, jadi baru dua bulan, efek sampingnya belum terlalu banyak tapi efektivitasnya lumayan. Kita masih butuh data. Karena baru dua bulan belum terlihat manfaatnya, minimal 6 bulan," kata dia.
Fajri juga menambahkan, jika nanti vaksin memang telah tersedia, juga butuh waktu dan proses yang panjang agar semua bisa mendapatkannya. Seperti diketahui untuk bisa mencapai kekebalan kelompok butuh lebih dari 80 persen penduduk yang mendapatkan vaksin.
"Itu butuh waktu yang cukup panjang dan butuh dua kali penyuntikan, misal 80 persen populasi, 270 juta dan butuh 470 juta dosis. Artinya vaksin terbaik saat ini protokol kesehatan pakai masker, jaga jarak dan lain lain" kata dia.