Suara.com - Kekebalan kelompok atau herd immunity digadang-gadang bisa membantu manusia menghadapi pandemi Covid-19. Gedung Putih Amerika Serikat (AS) pun belakangan menganut Deklarasi Great Barrington yang menganjurkan penggunaan "kekebalan kawanan" atau herd immunity.
Seperti dikutip dari Forbes, apa yang disebut "Deklarasi Great Barrington" yang dianut oleh Gedung Putih ini berpendapat bahwa pihak berwenang harus mengizinkan Covid-19 menyebar secara tidak terkendali melalui orang-orang muda yang sehat, sementara pemerintah memberi fasilitas perlindungan pada yang rentan.
Diduga, hal ini akan memungkinkan suatu populasi mencapai herd immunity tanpa perlu vaksin, yang pada akhirnya akan melindungi mereka yang rentan.
Namun, pejabat penyakit menular utama Amerika Serikat, Dr. Anthony Fauci, mengatakan bahwa deklarasi tersebut adalah "konyol", "benar-benar tidak masuk akal," dan "akan menyebabkan rawat inap dan kematian."
Baca Juga: Sisi Lain Herd Immunity, Ahli: akan Ada Banyak Orang yang Meninggal!
Mengutip Medical Daily, bersama 80 ilmuwan lainnya, ia menentang deklarasi tersebut. "Setiap strategi manajemen pandemi yang mengandalkan kekebalan dari infeksi alami untuk Covid-19 adalah salah," tulis mereka pada 15 Oktober di jurnal The Lancet.
"Karena tidak ada bukti (sejauh ini) yang menunjukkan kekebalan protektif terhadap virus ketika tertular secara alami, penularan virus berikutnya akan menjadi konsekuensi dari penurunan kekebalan yang akan menimbulkan risiko bagi populasi yang rentan untuk masa depan yang tidak terbatas," tulis mereka. Herd immunity, lanjut mereka, justru akan mengakibatkan epidemi berulang.
Apa yang secara khusus salah tentang Deklarasi tersebut, kata Dr. Fauci, adalah bahwa penulis menganggap solusinya adalah orang yang rentan ditempatkan di fasilitas perlindungan. Padahal, banyak orang yang tertular virus kemungkinan akan mengalami komplikasi serius karena masalah yang berhubungan dengan kesehatan mereka, seperti penyakit jantung dan obesitas.
Sebagai informasi, Deklarasi Great Barrington adalah petisi yang dimulai oleh tiga ilmuwan pada 4 Oktober yang menyerukan kepada pemerintah AS untuk mengadopsi kebijakan 'perlindungan terfokus' terkait Covid-19.
Mereka percaya bahwa orang yang paling berisiko terkena virus harus diberi perlindungan. Sedangkan mereka yang tidak berisiko, yang hampir semua orang di bawah 65 tahun tanpa kondisi kesehatan yang mendasarinya, harus didorong untuk kembali untuk beraktivitas normal.
Baca Juga: Heboh Herd Immunity untuk Lawan Virus Corona Covid-19, ini Temuan Peneliti
Dengan cara tersebut, diyakini mayoritas populasi akan terinfeksi dan kemudian pulih, secara bertahap membangun kekebalan kawanan. Pada gilirannya, akan berarti orang tua dan yang rentan tidak lagi harus bersembunyi.
Tiga ilmuwan yang menginisiasi terbentuknya deklarasi tersebut merupakan profesor Oxford, Harvard dan Stanford. Sejak peluncurannya, deklarasi tersebut telah ditandatangani oleh hampir 10.000 ilmuwan medis dan kesehatan masyarakat di seluruh dunia dan lebih dari 26.000 praktisi medis, menurut situs webnya.
Maria Van Kerkhove, kepala teknis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk tanggapan virus corona, mengatakan selama konferensi media di Jenewa pekan lalu bahwa herd immunity biasanya dibahas dalam konteks vaksinasi, bukan sebagai tanggapan terhadap pandemi.
Sebaliknya, jika hal ini dilakukan dalam konteks membiarkan penularan terjadi di masyarakat, menurut Van Kerkhove, akan sangat berbahaya. "Itu berarti banyak orang yang terinfeksi, banyak orang perlu dirawat di rumah sakit dan banyak orang akan meninggal," tandasnya, dikutip dari CNN.