Suara.com - Kehilangan orang yang sangat dicintai karena meninggal dunia tentu meninggalkan luka yang mendalam. Terlebih jika yang meninggal merupakan anggota keluarga yang masih berusia anak.
Hal itu juga dirasakan oleh Dokter Spesialis Anak dr. Nia Kurniati, Sp.A (K) bersama anggota tim Pelayanan Paliatif Kasus Anak.
"Jadi kalau anak yang meninggal itu kesedihannya lebih dalam menurut saya. Lebih dalam dan lebih berat menurut keluarga," ujar dr. Nia dalam diskusi webinar RSCM Jakarta, Selasa (14/10/2020).
Keluarga biasanya akan menganggap wajar jika orangtua atau lansia yang meninggal karena usia yang sudah uzur. Hal itu karena biasanya keluarga paham kondisi manusia perlahan akan menurun seiring berjalannya waktu, tapi sebaliknya jika itu diderita anak.
Baca Juga: Panggil Bunda, 3 Momen Anak Bungsu Sule Temani Nathalie Holscher yang Sakit
"Di keluarga itu berpikir, oke dia kan sudah tua. Karena semua orang berpikir orang tua duluan yang meninggal daripada anaknya," terang dr. Nia.
Mengingat dokter sudah memperkirakan kapan pasien meninggal dunia, kata dr. Nia, beban berat lainnya adalah saat menyampaikan kepada keluarga tentang persiapan hari berkabung.
"Persiapan paling sulit adalah persiapan berkabung, karena orang datang ke rumah sakit biasanya dia tidak ingin jawaban kami (dokter dan perawat), mari kita siapkan untuk meninggal," tutup dr. Nia.
Namun, proses ini mau tidak mau harus dilakukan baik oleh keluarga maupun pasien, agar bisa mempersiapkan diri, sehingga mental dan psikisnya lebih siap. Berikutnya keluarga lebih fokus untuk meringankan penderitaan pasien segera usai.
Baca Juga: Duh! Ketua Komnas Perlindungan Anak Jateng Ditahan Polisi