Pasien Hipertensi Tidak Bisa Sembuh Seumur Hidup, Mitos atau Fakta?

Selasa, 13 Oktober 2020 | 18:35 WIB
Pasien Hipertensi Tidak Bisa Sembuh Seumur Hidup, Mitos atau Fakta?
Ilustrasi hipertensi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Meski jumlah penderitanya terus meningkat, masih banyak masyarakat yang keliru dalam memahami penyakit hipertensi. Maka tidak heran banyak mitos beredar seputar penyakit tersebut.

Salah satunya ialah soal penyakit hipertensi bisa sembuh. Tapi benarkah hal itu?

Menurut dokter spesialis obstetri dan ginekologi dr. Erwinanto Sp.J(P), seseorang yang telah didiagnosis sakit hipertensi seumur hidup tidak akan bisa sembuh. menjelaskan bahwa tekanan darah hanya bisa dikontrol.

"Masyarakat sering salah pengertian. Sekali hipertensi itu penyakit seumur hidup. Tidak bisa sembuh yang bisa tekanan darahnya terkontrol," kata Erwin dalam webinar bersama Kementerian Kesehatan, Selasa (13/10/2020).

Baca Juga: Sakit Kepala atau Sesak Napas Bisa Jadi Tanda Hipertensi Paru

Ilustrasi pemeriksaan tekanan darah, hipertensi jas putih. (Shutterstock)
Ilustrasi pemeriksaan tekanan darah, hipertensi. (Shutterstock)

Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (PERHI) itu mengatakan, tak jarang pasien hipertensi keliru mengartikan tekanan darah yang turun dengan kesembuhan. Padahal itu artinya tekanan darah telah terkontrol.

Erwin menjelaskan, tekanan darah akan turun jika pasien hipertensi rutin minum obat selama 8 minggu. Kemudian akan stabil. Tetapi bukan berarti konsumsi obat jadi berhenti karena tekanan darah tetap berpitensi naik seiring pola hidup tidak sehat.

"Pasiwn hipertensi harus minum obat seumur hidup. Obat disesuaikan dengan ttekanan darah dan obat itu bukan racun," tegasnya.

Selain rutin minum obat, pasien hipertensi juga harus selalu mengecek tekanan darah secara berkala. Ia menjelaskan, jika tekanan darah mencapai di atas 140 per 90 mmHg berisiko alami komplikasi penyakit jantung koroner dan stroke.

Setiap kenaikan 20 per 10 mmHg maka berisiko untuk mengalami stroke dan kematian lebih tinggi dua kali lipat dibanding pasien yang tekanan darahnya tidak naik.

Baca Juga: Gejala Tekanan Darah Tinggi, Ketahui Efeknya pada Kehidupan Seksual!

"Hipertensi di populasi Asia lebih banyak menyebabkan stroke daripada jantung. Berbeda di Barat, di mana hipertensi menyebabkan stroke lebih kecil daripada jantung. Sedangkan di Eropa barat baik stroke dan jantung sama banyaknya," tuturnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI