Dokter Onkologi: Benjolan pada Payudara Belum Tentu Kanker

Vania Rossa Suara.Com
Senin, 12 Oktober 2020 | 05:27 WIB
Dokter Onkologi: Benjolan pada Payudara Belum Tentu Kanker
Ilustrasi kanker payudara. (Redorbit.com/Thinkstoc)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bagi perempuan, menemukan benjolan pada payudara bisa terasa menakutkan. Padahal, dokter onkologi mengatakan tidak semua benjolan pada payudara itu adalah tumor ganas atau kanker. Benjolan pada payudara bisa juga muncul karena sebab lain. Oleh sebab itu, tak perlu takut dan cemas saat menemukan benjolan ketika melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI).

"85 persen benjolan di payudara itu jinak, jadi jangan takut dulu. Jadi diperiksa saja dulu. Hanya 15 persen yang ternyata tumor ganas atau kanker," kata dokter spesialis bedah onkologi RSPUN dr. Cipto Mangunkusumo, Sonar Soni Panigoro, dalam webinar Bulan Kesadaran Kanker Payudara 2020, seperti dikutip dari Antara.

Sonar mengatakan, salah satu cara untuk memastikan apakah itu kanker atau bukan adalah dengan melakukan biopsi yakni pengambilan jaringan dari benjolan.

Dalam kesempatan berbeda, dokter spesialis obstetri dan ginekologi, Raditya Wratasangka, pernah mengatakan bahwa benjolan pada lelaki lebih mudah terasa ketimbang perempuan karena jaringannya tidak terlalu tebal. Sehingga dia menyarankan agar perempuan melakukan SADARI pada hari ke-7 hingga 10 menstruasi (dihitung dari hari pertama menstruasi) setiap bulan.

Baca Juga: Bulan Peduli Kanker Payudara, Kurangi Risikonya dengan Yogurt yuk!

SADARIjuga harus dilakukan oleh lelaki. Hanya saja, SADARI pada lelaki bisa dilakukan kapan saja.

Selain SADARI, dokter juga merekomendasikan pemeriksaan payudara klinis (SADANIS) setidaknya setiap 6 bulan, meliputi USG payudara setiap tahun hingga MRI payudara.

Benjolan yang ternyata bukan kanker biasanya disebabkan berbagai hal, salah satunya kista payudara. Dikutip dari laman Medical News Today, kista payudara adalah kantung berisi cairan jinak atau non-kanker. Biasanya, teraba sesuatu yang terasa halus dan kenyal di bawah kulit.

Beberapa kista ini mungkin tidak menimbulkan rasa sakit, meski beberapa kasus mungkin bisa menimbulkan rasa sakit. Penyebab munculnya kista payudara belum diketahui secara pasti, tetapi bisa karena respons terhadap hormon yang berhubungan dengan menstruasi.

Penyebab lainnya benjolan adalah abses di payudara yang disebabkan bakteri. Penderita bisa saja mengalami sakit pada payudaranya, menemukan warna kulit di dekat payudara menjadi merah, dan merasakan payudaranya panas atau padat. Hal ini kerap terjadi pada perempuan yang sedang menyusui.

Baca Juga: Dukungan Keluarga, Bisa Jadi Cara Ampuh Penyembuhan Kanker Payudara

Selain abses, adenoma atau pertumbuhan abnormal dari jaringan kelenjar di payudara dan papiloma intraduktal, yakni pertumbuhan seperti kutil yang berkembang di saluran payudara, juga bisa menjadi penyebab.

Di sisi lain, jika hasil biopsi menyatakan benjolan ternyata kanker, dokter akan membantu menentukan pengobatan yang tepat. Sonar mengatakan, pengobatan utama yang umumnya diaplikasikan khusus untuk kanker payudara berupa pembedahan.

"Karena kanker payudara kanker padat, utamanya adalah pembedahan, baru setelahnya terapi tambahan, bisa dengan penyinaran atau yang sifatnya sistemik seperti kemoterapi, hormonal atau terapi target," jelas Sonar.

Sifat terapi pembedahan sendiri bisa bersifat kuratif dan paliatif. Pada terapi kuratif, tujuannya benar-benar untuk penyembuhan jika kanker bisa terdeteksi dini misalnya stadium satu.

Bila kanker sudah memasuki stadium lanjut, yang ditandai misalnya adanya pendarahan hebat di payudara atau penyebaran kanker ke organ lain, maka terapi yang paliatif akan diberikan. Tujuannya, untuk memperbaiki kualitas hidup pasien.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI