Suara.com - Banyak orang yang memutuskan untuk mengonsumsi sayuran organik untuk membuat tubuh lebih sehat dan mempertahankan berat badan ideal. Namun, ada beberapa orang yang menjadi mengembangkan gangguan makan orthorexia nervosa, sebuah kelainan makan yang ditandai dengan obsesi terhadap 'kemurnian' makanan.
Orang dengan orthorexia mungkin membatasi diri untuk hanya mengonsumsi makanan yang tidak diolah atau organik, menghilangkan banyak kelompok makanan dari menu makan atau membatasi diri hanya untuk makan makanan mentah.
Namun, hal ini justru akan menganggu aktivitas sehari-hari karena mereka membutuhkan banyak waktu dan energi untuk memilah makanan. Dalam beberapa kasus, bahkan dapat menyebabkan malnutrisi.
Meski begitu, ada ketidaksepakatan mengenai apakah orthorexia adalah diagnosis yang valid, kata Jennifer Mills, seorang psikolog klinis di York University di Toronto, Ontario.
Baca Juga: Kisah Demi Lovato Berjuang Lawan Gangguan Makan dan Obsesinya pada Olahraga
Sebab, kondisi ini belum tercantum dalam Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-5) edisi terbaru, panduan diagnostik resmi American Psychological Association.
"Ada konsensus bahwa (orthorexia) menyimpang dari apa yang kita anggap sebagai pola makan normal atau 'sehat'. Penelitian menyoroti bagaimana individu yang memiliki pola makan ini dapat menderita secara signifikan," sambungnya, dilansir dari Live Science.
Gejala orthorexia
Gejala orthorexia mungkin bersifat psikologis, dan pada akhirnya bisa bermanifestasi sebagai malnutrisi yang dapat menyebabkan sejumlah masalah kesehatan, jelas Thomas Dunn, seorang psikolog di University of Northern Colorado.
Penderita secara kompulsif akan memeriksa daftar bahan dan label nutrisi, menghabiskan waktu berjam-jam untuk merencanakan makanan per hari dan mengurangi jumlah kandungan pada kelompok makanan tertentu.
Baca Juga: Tina Toon Pernah Alami Bulimia, Ketahui Risiko Penyakit Gangguan Makan Ini
Orang dengan ortoreksia sering bergumul dengan kecemasan sosial dan isolasi karena menu makan mereka yang terbatas, membuatnya sulit untuk berhubungan dengan orang lain dalam lingkungan sosial.
"Dalam bentuknya yang ekstrim, orthorexia nervosa dapat menyebabkan seseorang memakan hanya sedikit makanan yang mereka rasa nyaman untuk dimakan, imbuh Mills.
Pola makan seperti ini akan menyebabkan penderita kekurangan makronutrien esensial (seperti lemak atau karbohidrat) atau mikronutrien (seperti zat besi atau seng ).
Dalam kasus ekstrim, malnutrisi dapat menyebabkan dampak fatal seperti anorexia nervosa, anemia, osteoporosis, ketidakseimbangan hormon, dan detak jantung yang lambat secara tidak normal.